Gerakan CICAK (Cintai Indonesia Cintai KPK), dimulai hari ini pada tanggal 6 Juli 2009. Saya tahu, agak garing (maksa) singkatannya, tapi ungkapan "cicak" ini justru keluar dari seorang jendral polisi yang dalam kalimat yang sama mendeskripsikan dirinya sebagai "buaya".
“...cicak kok mau melawan buaya...”
(Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol. Susno Duadji, Majalah TEMPO 6-12 Juli 2009)Cicak yang dia maksud disini adalah salah satu ketua KPK.
Seandainya seorang ketua KPK saja dia anggap cicak, bagaimana dia melihat orang biasa seperti saya dan anda.
Arogansi (orde baru) seperti ini yang saya kira sudah mulai hilang semenjak reformasi tahun 1997-1998 ternyata masih ada.
Dia lupa bahwa POLRI bisa seperti sekarang, dimana pejabatnya bisa bermewah-mewah karena perjuangan rekan-rekan kita dulu. Dahulu, mana bisa polisi pakai mobil mewah, atau punya rumah yang mewah tanpa takut "dikerubungin" tentara, karena dulu POLRI adalah bagian dari TNI. Segimananya seorang polisi akan gemetar ketakutan bila mereka dipanggil ke mabes TNI atau BIN.
Sekarang, sejak lewatnya masa reformasi dan setelah pemisahan TNI dan POLRI banyak lahir "buaya" baru yang lupa akan perjuangan rekan-rekan kita dulu. Tanpa mereka mana mungkin sekarang ada kebebasan pers, demokrasi...hmm mungkin infotainment...he he he.
Banyak sekali POLISI dengan pangkat (maaf) tidak terlalu tinggi tapiii mobilnya alphard, rumahnya di Pondok Indah, istrinya keluar negeri jalan-jalan melulu.
WHAT THE F***!! kalau kata rekan saya orang Australia.
Enak memang, dan ga ada masalah buat saya, selama memang mereka berhak untuk memperolehnya, dan dengan cara yang halal.
"Buaya" kita yang satu ini, terakhir saya dengar hendak diperiksa oleh KPK karena terkait kasus likuidasi Bank Century. Mungkin bukan hanya dia satu-satunya orang di POLRI yang terlibat. Saya bisa bilang demikian karena saya tahu kalau persaudaraan di dalam angkatan (polisi atau tentara) lebih kental dari darah. Tidak mungkin atasannya tidak tahu keterlibatannya...tidak mungkin....titik.
Seorang polisi atau tentara sudah terlatih untuk tidak takut pada siapapun....kecuali dua hal:
satu seniornya (yang pangkatnya lebih tinggi)
dua....Tuhan.
Tuhan saya letakkan nomor dua...karena memang itu kenyataannya. Buktinya, kalau seniornya yang memanggil dia, atau meminta sesuatu...sampai jual rumah pun bisa dia lakukan. Tapi ibadah....entar dulu....itu kan urusan yang diatas (katanya).
Dia lupa kalau suara kita, profesor atau yang buta huruf sama kuatnya dalam demokrasi. Kedudukan kita dalam hukum sama.
Saya prihatin dengan kejadian ini, karena reformasi itu sendiri lahir karena kemuakkan kita terhadap KKN, dan KPK adalah anak kandung yang lahir dalam perjuanggan itu.
Hancurnya KPK adalah kehancuran mimpi dan perjuanggan kita.
Kalau seandainya KPK adalah cicak....maka kita....rakyat...adalah cicak.
Tapi cicak yang jumlahnya juataan....dan kita tidak bisa tinggal diam.
1 komentar:
setuju... ^_^
Posting Komentar