If I explain it to you anyway, you wouldn't understand

Selasa, 01 Desember 2009

Reign Over Me - Pearl Jam

Minggu, 29 November 2009

Sandy Leah - Drops of Jupiter Cover

Kamis, 19 November 2009

Satu dekade hukumonline.com





Minggu, 15 November 2009

You have it all in you

"Work as if you don't need the money, love as if you've never been hurt, dance as though no one is watching."

Jumat, 13 November 2009

Hal Yang Paling Menyakitkan Kalau Dibenci Bokapnya Pacar (a true story)

Yang paling ga enak kalau dibenci sama bokap pacar....coba tebak, kira-kira apa satu hal yang paliiiiing ga enak kalau dibenci sama bokap pacar?

Apalagi kalau dibenci sama satu keluarga pacar. hmmm apa ya?

Ada satu hal yang bener-bener menyakitkan,
bener-bener ga bisa ditahan,
bener-bener mengganggu,

Sampai kadang-kadang harga diri musti dikorbanin setiap kali ngapel kerumahnya malem minggu.

Bukan rasa sedih karena dibenci atau disebelin. Gua ga perduli soal itu, orang gue pacaran sama anaknya kog, bukan sama bokapnya.
Ini lebih dari itu, saking sakitnya kadang-kadang saya bisa meneteskan airmata sepulang dari rumahnya.

Ini mungkin yang menyebabkan seringkali seorang cowo lebih mendingan "backstreet" trus pacaran sembunyi-sembunyi di kampus, di sekolah atau dimanapun...asal bukan dirumah pacarnya.

Hal ini diperburuk oleh rasa "ego" seorang cowo, yang akhirnya menambah penderitaannya sendiri disetiap kencan malam minggu dirumah pacar.

Sudah tau belum kira-kira apa?

Jawabannya cuma satu kata.

Pipis.

Ya pipis, paling menyakitkan buat seorang cowo yang dibenci sama keluarga pacar adalah menahan pipis. Karena, bener deh, gue mendingan makan pasir daripada musti minta izin ke WC dirumah pacar yang isinya semua sebel ama gue.

Coba bayangin, kalau kamu ngapel pasti dikasih minum. Minimal teh lah.
Terus kamu pingin pipis, kamu tahan (ding-dong permainan dimulai).

Pertama, kamu sadar kalau pipis itu bisa ditahan paling lama 1jam, dan sekarang baru jam 7. Masih ada 3 jam lagi sebelum kamu "bisa" pulang.

Fakta no.1 : "Ga ada seorang manusia didunia ini bisa menahan pipis sampai 3 jam. Seorang pesulap sekelas David Copperfield aja yang bisa ngilangin patung liberty pasti nyerah kalau disuruh nahan pipis 3 jam".

So basically ...you're screwed.

Kedua, kalaupun kamu nekad mau pergi ke kamar mandi kamu harus melewati bakapnya, karena pasti pacar kamu bilang, "Pa/Ma, Dika mau ke kamar mandi". Dan kalau rumah pacar kamu seperti rumah pacar gue yang kamar mandinya ada dibelakang....kamu mendingan makan pasir aja sekarang, karena seisi rumah akan melihat ke arah kamu dengan tatapan yang tajam.

Fakta no.2 : "Ga ada seorang manusia, sekalipun superman atau Jendral bintang 7 yang bisa lewat dari tatapan tajam seorang bokap yang sebel sama pacar anaknya tanpa rasa malu, karena ga bisa menahan pipis".

Ketiga, kalau kamu tetep nekad juga, kamu pergi ke WC tadi, terus kamu kunci pintunya, biasanya suasana diruangan diluar mendadak jadi sepi. Artinya, kalau kamu pipis pasti terdengar suaranya sampai keluar. Di saat ini pasti kamu berpikir, "sial!, kenapa gue tadi ga bisa tahan dulu". Hasrat pingin pipis semakin menjadi-jadi. Kamu mulai keringat dingin.

Fakta no.3 : "mau seganteng Nicholas Saputra, kalau yang namanya udah kebelet pipis sampe keringet dingin...muke elu pasti ancur ga keruan."

Dika...kamu mendingan makan pasir sekarang (dalam hati)

Keempat, karena takut suara pipis kamu kedengeran sama orang-orang diluar, kamu terpaksa pipis "pelan-pelan" (atau dikit-dikit). Sumpah satu hal yang lebih menyakitkan daripada "nyicil" pipis pas lagi kebelet banget adalah melahirkan. Dan karena "ego" cowo, kita lebih rela sakit daripada malu (ini berlaku untuk semua hal, bukan cuma pipis doang). Akibatnya, kamu akan pipis seperti senapan mesin, dan bukan saja suaranya lebih keras, tapi frekuensinya juga lebih tinggi. "Ego" yang tadinya lumayan gede....ikut nyemplung ke dalem WC (plus kamu makin keringetan)

Fakta no.4 : "kalau kamu suara pipisnya "aneh" semua orang pasti merhatiin...bahkan orang yang tadinya mendukung kamu, bisa berbalik malah jadi sebel juga"

Terakhir, setelah semua kebodohan tadi terjadi....kamu tetap harus balik lagi keruang tamu, ngelewatin orang-orang yang menatap tajam (dan jijik) dengan muka ancur dan badan yang keringetan. Ditambah (ini yang melengkapi penderitaanmu), adalah senyum sinis dari bokap pacar setelah mendengar suara "senapan mesin" tadi, seakan mencoba menunjukan ke anaknya (pacarmu) betapa bodohnya cowo yang satu ini.

Fakta no.5 : "Tidak ada lagi yang lebih menjatuhkan harga diri buat seorang cowo, selain suara pipisnya seperti senapan mesin"

Setelah kamu duduk kembali diruang tamu, dengan rasa yang sangat lega (seperti habis selamat dari serangan bom nuklir atau kapal Titanic), kamu baru sadar kalau didepan kamu ada sepiring nasi goreng, dan segelas air es dari pacarmu yang perhatian.

Ini baru jam 8, dan saya baru sadar kalau, "tidak ada seorang manusia yang bisa menahan eek, lebih dari 1 jam"....dan "tidak ada yang lebih memalukan buat seorang cowo daripada suara boker seperti senapan mesin".

Selasa, 03 November 2009

The Truth Shall Set Them Free

Senin, 02 November 2009

Bermulai dari ruang kecil

Kami bersepuluh (kalau tidak salah) sore itu sedikit terkejut atas undangan rapat dari bapak-bapak ini, karena sudah sebulan terakhir kantor kami sedikit menjadi lebih ramai dengan kehadiran mereka.
Kita senang karena opini-opini mereka menambah pengetahuan kami saat itu yang cuma tahu kalau Antasari sudah ditangkap dan sedang di proses karena dugaan terlibat pembunuhan.

Saya sendiri sempat berdebat dengan beberapa teman sehari sebelumnya tentang "skenario pembunuhan" dan sedikit berimajinasi dengan "teori konspirasi". Setidaknya satu kaca kantor sudah penuh coretan spidol dengan gambar diagram. Kesimpulannya cuma satu saat itu "Follow the money instead of focusing on the perpetrator".

Sore itu bapak-bapak ini terlihat lebih tegang dan serius dari sebelumnya. Saya sendiri merasa terhormat bisa diundang rapat dengan mereka.

"Kita harus mulai bergerak!" ucap salah satu dari mereka.
"Masyarakat diluar harus tahu keadaan yang sebenarnya, karena kalau tidak KPK sebentar lagi bisa lenyap"
"Besok akan ada upaya dari Polisi untuk menahan Chandra, dan hari ini kita tidak punya pilihan lain untuk setidaknya tidak bisa diam saja" ucapnya lagi sambil menyodorkan majalah TEMPO dengan gambar wajah seorang yang saya tidak tahu siapa.
Yang saya ingat dia di foto sambil berkacak pinggang.

Walaupun saya tidak kenal, saya tidak suka dengan gayanya...sedikit arogan menurut saya.
Setelah saya baca lebih dalam artikelnya, darah di kepala saya rasanya terbakar dan walaupun perkataan dia yang dikutip tersebut bukan ditujukan kepada saya, entah mengapa rasanya harga diri saya seperti sedang diinjak-injak.

Kog ada jaman sekarang orang seperti ini? Itu pertanyaan pertama yang muncul dikepala saya, dan setelah saya teliti kembali...ternyata orang seperti ini sangat banyak di negeri kita yang susah ini. Mual rasanya perut ini.

"Sekarang kita punya alasan untuk melawan" Ucap seorang bapak berambut putih.
"Segera buat tulisan dan terbitkan di beberapa blog, milis, situs...pokoknya dimana saja yang bisa diakses oleh orang awam, tentang apa yang sebenarnya terjadi"

Apa yang terjadi emangnya? Pertanyaan kedua yang muncul dikepala saya...pikiran saya masih nyangkut di kasus pembunuhan....dan saya belum makan siang.

"Tulis soal Bank Century korupsinya, dan tulis juga soal upaya pelemahan KPK ini" Ujarnya lagi.

"Bagaimana kalau kita tulis dengan angle yang lain?" Mendadak saya nyeplos...kebiasaan buruk yang susah hilang.
"Bagaimana kalau kita tulis lebih fokus soal Cicak-nya?" Saya makin lepas kontrol
"Hah?" Sepertinya satu ruangan bingung.

"Iya, saya ga tau perasaan kawan-kawan sekalian atas artikel ini...tapi buat saya yang dimaksud Cicak disini bukan cuma KPK buat saya"

"Kita semua Cicak dimata dia"

"Mungkin, kalau para ketua KPK saja dianggap Cicak olehnya...berarti kita yang orang biasa apa dong? Semut?"

"Kalau seandainya saya pandai menulis, saya akan tulis soal keangkuhan dia...Buaya...dan kita bisa masukkan tulisan yang lain soal korupsi itu untuk menguatkan alasan kita untuk marah."

"Masa sudahlah korup...sok jago pula...udah gitu pake menghina segala" Saya sudah benar-benar hilang kendali.

Entah kenapa (jarang banget), sepertinya kata-kata saya tadi mungkin ada benarnya, karena teman-teman kog terlihat lebih menerima...saya sendiri sedikit kagum...he he he.

"Ya sudah, coba buat tulisannya sekarang dan satu jam lagi kita meeting lagi" kata bapak yang jangkung dan berhidung mancung.

"Dik, elo buat gambar kartun ya...yang kira-kira gambarnya ada Buaya yang lagi menyerang kantor KPK"

"Ok Bang, saya akan coba" sambil mulai mengutik-utik Corel Draw.

Bapak-bapak itu pun melangkah keluar ruang meeting.

"Oya, saya lupa bilang" Kata bapak yang berambut putih.

"Ada info yang bilang kalau kantor ini sudah disadap oleh Polisi juga, jadi kalian hati-hati kalau bicara ya" ucapnya sambil tersenyum.

Rasanya seperti disambar petir, saya dan kawan-kawan diruangan itu saling menatap antara kebingungan, takut, cemas, heran....akhirnya kita ketawa. Mungkin sekedar melepas ketegangan, ketawa layaknya kalau kita habis dikejar anjing dan berhasil lolos...tertawa sambil cemas.

Otak saya berputar, saya mulai menggambar buaya, kemudian menggambar gedung, habis itu saya gambar cicak. Sumpah gambarnya luar biasa jelek. Kalau saya guru gambar SD, saya sudah kasih nilai 3 untuk gambar itu.

Kemudian mendadak saya dapat ide, setelah saya membaca lagi artikelnya dan melihat logo Apple komputer. Yang kita butuhkan adalah logo, logo yang menggambarkan perlawanan Cicak terhadap Buaya.

Saya punya 30 menit untuk menggambar, dan saya yakin kalau hasilnya ga mungkin bisa bagus.

Terinspirasi dengan lambang Ying-Yang, saya buat gambar Cicak dan buaya melingkar dan berhadapan dengan tulisan besar "SAYA CICAK, BERANI LAWAN BUAYA".

Semua kawan yang ada di ruangan itu setuju dengan gambarnya, bukan karena gambarnya bagus, tapi karena memang tidak ada pilihan lagi yang lain.

Saya sendiri masih belum puas....jauh dari puas.

Artikelnya pun akhirnya selesai plus kita menemukan kepanjangan dari C.I.C.A.K. "Cintai Indonesia Cintai KPK", maksa memang...tapi tidak ada pilihan lain yang lebih baik, jadi kita semua sepakat untuk memakainya.

"Jangan lupa, pakai logo Cicak ini sebagai "profile picture" teman-teman semua, dan email ke semua orang yang kita kenal untuk mengajak memakai logo ini juga.

Artikel sudah di posting, dan gambar sudah naik.

Saya masih jauh dari puas atas gambar itu.

Sesampai di rumah, karena masih penasaran saya coba untuk bikin beberapa logo yang lain, dan akhirnya setelah pukul 2.30 pagi, jadi satu logo dengan gambar Cicak merah yang mengacungkan jarinya, sama dengan tulisan "SAYA CICAK". Gambar itu saya jadikan "profile picture" saya di FB sebelum akhirnya tidur dan lupa mandi.

Keesokan harinya, saya semangat ke kantor dengan tujuan untuk memberi tahu teman-teman yang lain agar memakai logo yang baru daripada logo Ying-Yang yang jadul itu.

"Dik, gambar elu udah nyebar kemana-mana" kata seorang kawan yang sedang duduk bersila di depan kantor.

"Gambar elu yang baru Cicaknya lebih mirip tokek...mana ada Cicak bintik-biktik" ujarnya lagi sambil tertawa.

Begitu juga setelah saya masuk ke dalam kantor.

"Elu yang gambar logonya ya Dik?"

"Udah nyebar tuh"

Saya bergegas membuka laptop saya, dan langsung ke FB.

Hampir semua orang yang saya kenal telah mengganti "profile picturenya" dengan gambar logo yang jadul itu. Saya sudah terlambat.

"Kenapa elu bikin logonya lagi yang lain sih?"

"kan orang jadi bingung nanti pakai yang mana" Kata seorang kawan.

"Biar aja, kan semakin banyak pilihan orang bisa semakin banyak yang pakai, karena mungkin saja mereka ga suka sama logo yang jadul ini...seperti saya"

"Kan kita demokratis, bukan masalah logonya, tapi apa yang diwakili oleh logo itu" jawab saya sambil sedikit sedih, karena sudah banyak yang pakai logo Cicak yang jadul.

Dalam hati saya bertekad...."bikin lagi gambar yang lain"

Semoga bisa mewakili apa yang saya rasakan saat itu.

"...saya cicak, anda cicak, kita semua cicak dan mereka buaya"

Rabu, 07 Oktober 2009

The Crazies

Senin, 13 Juli 2009

Ambil Nafas Dulu...sebelum Menjerit

Banyak hal bisa terjadi dalam satu hari, apalagi satu minggu.

Baru seminggu yang lalu, saya mengerjakan perkerjaan yang rutin, sama seperti hari-hari sebelumnya selama kurang lebih 5 tahun. Saya merasa cukup beruntung karena bisa bekerja di bidang yang saya sukai (or setidaknya saya mengerti) dan dikelilingi orang-orang yang sangat inspiratif membuat suasana kantor menjadi lebih hidup.

Persis hari selasa terbitlah majalah Tempo dengan sampulnya yang bergambar seorang satria berbaju besi yang sedang dikeroyok, walaupun hanya gambar tapi wajah satria tersebut terlihat sangat familiar....itu wajahnya salah satu pimpinan KPK.

Kemudian saya disodorkan tulisan hasil wawancara Tempo dengan seorang Jendral Polisi. Di situlah saya membaca istilah "cicak dan buaya". Entah kenapa otak saya langsung berpikir, masih ada di jaman sekarang seorang pemimpin berbicara seperti itu?
Kalau pemimpinya saja seperti itu bagaimana anak buahnya?
Apakah saya juga cicak?
Atau mungkin dia tidak bermaksud demikian?
Apakah benar Michael Jackson dibunuh?
Bau apa ini?...saya memang sedikit menderita ADD....

Kemudian saya mencoba menarik garis merahnya...hasilnya kira-kira begini:

Korupsi = mengambil sejumlah uang (yang bukan hak-nya) dengan paksaan atau menggunakan jabatan.

Jabatan dia adalah kepala reserse - dia punya gaji pokok - plus tunjangan (kalau ada)
Saya kepala perusahaan - punya gaji pokok - tunjangan kesehatan.

Secara hirarki kedudukan dia dan saya sama.

Dia punya anak buah dan unit yang harus dia pimpin dengan memberi contoh dan instruksi yang jelas, supaya unit tersebut berjalan benar dan memberikan kontribusi yang baik kepada perusahaan. Dijalankan dengan buruk-pun perusahaannya tidak mungkin bangkrut.

Sama dengan saya, kecuali untuk hal yang terakhir. Kalau buruk nasib perusahaan dan rekan kerja saya bisa runyam.

Secara tanggung jawab sama

Dari segi intelektual, dia S2 sekolahnya. Dari luar negri.
Saya juga

Dari segi akademik kita sama

Dari segi pengalaman kerja/memimpin. Dia jauh lebih berpengalaman
Berarti dia lebih bijaksana dalam berucap dan mengambil keputusan.

Lantas kenapa ini semua terjadi? apa karena uang? kalau iya...bukannya mobil dia sudah alphard/xtrail yang terbaru? (kalau sudah bisa punya kedua mobil tersebut, tidak perlu ditanya apakah dia berkecukupan lagi). Apa semua pemimpin di negeri ini kelakuannya seperti ini?

Jawabannya YA!

Rasanya seperti disamber gledek...semuanya keliatan jelas sekarang!
  1. Jalan yang bolong-bolong di depan rumah dan sepanjang jalan ke kantor....kenapa? Saya kan bayar pajak...kenapa jalan masih bolong? Bukan karena insinyur di PU yang bodoh...tapi karena material untuk membuat jalan yang di korupsi.
  2. Hutan di Kalimantan yang ditebang habis dan dijual ke Malaysia....bukan karena bisnis....tapi korupsi juga antara pengusaha dan pemerintah daerah disana.
  3. Biaya jalan-jalan anggota DPR, gaji mereka seumur hidup, fasilitas, bonus...semua dari APBN...dari rakyat....tapi mereka banyak yang mangkir dari rapat...korupsi.
  4. Lampu jalan yang sering mati...korupsi
  5. sekolah yang harusnya gratis....korupsi
  6. BLT yang dipotong oleh petugas....korupsi
  7. Polisi yang minta sidang di tempat....korupsi
  8. TKW yang meninggal di luar negeri.....korupsi
  9. Tanker minyak yang ngambil minyak di tengah laut....korupsi
  10. Freeport menghasilkan emas, bukan tembaga.....korupsi
  11. pesawat yang jatuh....gara-gara KORUPSI
  12. Pengadilan menunda putusan.....korupsi
  13. penempatan notaris....korupsi
  14. Kejaksaan menahan 20hari untuk kasus Prita....korupsi
  15. Pungutan liar...bukan premanisme...itu KORUPSI
  16. pengumunan tender yang terlalu mepet waktunya...korupsi
  17. Bangun jalan bukan bangun subway....korupsi
  18. Likuidasi bank....kredit macet....korupsi
  19. Tarif telepon yang mahal....direksi Telkom Alphardnya dua (buat dia dan istrinya...WTF!)...KORUPSI
  20. Kapolsek/Kapolres di daerah yang banyak tempat prostitusi dan judi....KORUPSI
  21. Pajak....kemana pajak saya larinya....dipakai buat apa saja?.....korupsi
  22. FISKAL.....korupsi (skarang sudah tidak ada)
  23. Watergate....korupsi
  24. Manohara??......itu sih emang pangerannya aja yang gokil....bukan korupsi.
  25. Ko Rup Si
Negara kita ga akan kemana-mana selama ini semua masih terjadi.
Tidak akan ada seorang polisi, jaksa dan hakim yang tidak korupsi selama gaji mereka masih kecil! Bagaimana mereka bisa menegakkan hukum dan keadilan atas nama Tuhan Yang Maha Esa selama mereka harus memikirkan biaya susu anak, baju anak, rumah dan sekolah anak yang tidak bisa terbeli hanya dengan mengandalkan gaji saja.

Dan saya mengharapkan mereka bekerja professional dan menjunjung integritas.....saya mimpi.

Kenapa polisi lagi, jaksa lagi, hakim lagi yang jadi sasaran, sedangkan banyak sekali koruptor yang lebih parah di BUMN atau instansi yang lain. Karena merekalah yang berseragam dan bersentuhan langsung dengan kehidupan sosial kita....mereka jadi terlihat lebih jelas dibandingkan dengan koruptor di BUMN.

This has to stop...someone have to do something

Cicak....berarti saya cicak....dan mereka (koruptor) tidak akan perduli dengan nasib saya, orang lain dan negara ini....yang ada di otak mereka hanyalah materi.

Kalau seandainya kesuksesan itu diukur dari berapa bahagianya seorang....dalam seminggu ini saya jauh lebih bahagia daripada sang jendral.

Berarti saya lebih sukses dari dia minggu ini.

Saya akan buat logo/gambar malam ini yang bisa mewakili suara saya yang tertahan.

Semoga jeritan kita sama, dan menusuk ke jantung mereka.

Gambar : koran Tempo

Selasa, 07 Juli 2009

SAYA CICAK





Senin, 06 Juli 2009

Cicak...cicak di KPK


Gerakan CICAK (Cintai Indonesia Cintai KPK), dimulai hari ini pada tanggal 6 Juli 2009. Saya tahu, agak garing (maksa) singkatannya, tapi ungkapan "cicak" ini justru keluar dari seorang jendral polisi yang dalam kalimat yang sama mendeskripsikan dirinya sebagai "buaya".

“...cicak kok mau melawan buaya...”
(Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol. Susno Duadji, Majalah TEMPO 6-12 Juli 2009)

Cicak yang dia maksud disini adalah salah satu ketua KPK.
Seandainya seorang ketua KPK saja dia anggap cicak, bagaimana dia melihat orang biasa seperti saya dan anda.
Arogansi (orde baru) seperti ini yang saya kira sudah mulai hilang semenjak reformasi tahun 1997-1998 ternyata masih ada.

Dia lupa bahwa POLRI bisa seperti sekarang, dimana pejabatnya bisa bermewah-mewah karena perjuangan rekan-rekan kita dulu. Dahulu, mana bisa polisi pakai mobil mewah, atau punya rumah yang mewah tanpa takut "dikerubungin" tentara, karena dulu POLRI adalah bagian dari TNI. Segimananya seorang polisi akan gemetar ketakutan bila mereka dipanggil ke mabes TNI atau BIN.

Sekarang, sejak lewatnya masa reformasi dan setelah pemisahan TNI dan POLRI banyak lahir "buaya" baru yang lupa akan perjuangan rekan-rekan kita dulu. Tanpa mereka mana mungkin sekarang ada kebebasan pers, demokrasi...hmm mungkin infotainment...he he he.
Banyak sekali POLISI dengan pangkat (maaf) tidak terlalu tinggi tapiii mobilnya alphard, rumahnya di Pondok Indah, istrinya keluar negeri jalan-jalan melulu.

WHAT THE F***!! kalau kata rekan saya orang Australia.

Enak memang, dan ga ada masalah buat saya, selama memang mereka berhak untuk memperolehnya, dan dengan cara yang halal.

"Buaya" kita yang satu ini, terakhir saya dengar hendak diperiksa oleh KPK karena terkait kasus likuidasi Bank Century. Mungkin bukan hanya dia satu-satunya orang di POLRI yang terlibat. Saya bisa bilang demikian karena saya tahu kalau persaudaraan di dalam angkatan (polisi atau tentara) lebih kental dari darah. Tidak mungkin atasannya tidak tahu keterlibatannya...tidak mungkin....titik.
Seorang polisi atau tentara sudah terlatih untuk tidak takut pada siapapun....kecuali dua hal:

satu seniornya (yang pangkatnya lebih tinggi)

dua....Tuhan.

Tuhan saya letakkan nomor dua...karena memang itu kenyataannya. Buktinya, kalau seniornya yang memanggil dia, atau meminta sesuatu...sampai jual rumah pun bisa dia lakukan. Tapi ibadah....entar dulu....itu kan urusan yang diatas (katanya).

Dia lupa kalau suara kita, profesor atau yang buta huruf sama kuatnya dalam demokrasi. Kedudukan kita dalam hukum sama.

Saya prihatin dengan kejadian ini, karena reformasi itu sendiri lahir karena kemuakkan kita terhadap KKN, dan KPK adalah anak kandung yang lahir dalam perjuanggan itu.

Hancurnya KPK adalah kehancuran mimpi dan perjuanggan kita.

Kalau seandainya KPK adalah cicak....maka kita....rakyat...adalah cicak.

Tapi cicak yang jumlahnya juataan....dan kita tidak bisa tinggal diam.

Jumat, 03 Juli 2009

AEROSTICH - Best Motorcycle Jacket


AEROSTICH company mengklaim bahwa jacket mereka dengan nama Transit ini adalah jaket (kulit) motor terbaik yang pernah dibuat.
Jaket yang dibuat dengan teknologi khusus yang membuat bahan kulit ini memiliki pori-pori untuk bernafas, namun tetap kedap air. Jaket ini akan tetap sejuk dipakai walaupun dalam kondisi cuaca yang panas.
Tidak akan menjadi lembab dan berat apabila terkena air, walaupun dalam kondisi hujan lebat.

Dilengkapi dengan pelidung bahu dan siku dari bahan keras untuk keamanan pengendara.

Satu kekurangan dari jaket ini, yaitu harganya. AEROSTICH menjual jaket ini dengan harga $797, hampir dua kali lipat dari harga jaket motor lain di Amerika yang paling mahal yang biasa dijual di kisaran $400.

Kamis, 02 Juli 2009

Tidak "damai"!

Tau ga kenapa Polisi lalulintas kita "gemar" menilang?

Kalau sesekali anda melintas di sepanjang jalan Gatot Subroto sampai menuju Cawang diatas jam 8 malam, anda akan melihat beberapa aksi tilang yang dilakukan oleh POLANTAS kita baik kepada pengendara motor atau mobil.

Biasanya dilakukan oleh POLANTAS yang mengendarai motor besar, atau lebih akrab biasa kita sebut Polisi BM (atau BM saja), karena stiker BM di belakang motor mereka.
Karena sering pulang malam, saya sering mengendarai motor saya dibelakang BM, dan sering kali mereka melakukan aksi memberhentikan, atau bahkan mengejar kendaraan yang dianggap melanggar. Biasanya kalau motor, yang lampu rem-nya mati...ini yang paling sering.

Saya setuju sepenuhnya dengan menegur atau menilang pengendara yang nakal atau melanggar aturan, memang banyak sekali pengendara kita yang tidak tahu aturan, nakal atau sekedar tidak perduli.

Yang saya prihatin adalah proses tilang ini, kata "damai" ini yang merusak semuanya, dan sama sekali tidak mendidik pengendara nakal tersebut.

Oke, aturannya begini. Sesuai peraturan lalulintas, ada denda yang harus dibayar oleh pelanggar kepada negara, melalui proses sidang (singkat) sesuai dengan kesalahannya. Jumlahnya bisa beragam, berkisar antara Rp 35,000 sampai ratusan ribu.
Untuk motor, untuk setiap (satu) kesalahan dendanya Rp 35,000. Jadi kalau anda ditilang karena tidak pakai helm dan melanggar lampu merah, dendanya Rp 70,000.

Ini kalau resmi...tidak terlalu mahal kan.

Namun banyak pengendara yang tidak tahu besaran ini, dan alasan-alasan lain, misalnya "buru-buru", atau males panjang urusan, dll.
Disinilah biasany Polisi "menawarkan" jasa "sidang ditempat"....tidak ada dalam peraturan lalulintas yang mengatur "sidang ditempat" ini.

Akhirnya pengendara mengeluarkan uang yang mungkin lebih besar dari jumlah resmi dari denda tersebut. Anda rugi, dan tidak mendidik aparat tersebut untuk bertindak professional.

Yang lebih memprihatinkan lagi adalah cerita dibalik surat tilang tersebut. Saya tidak bicara soal "slip merah" dan "slip biru", anda bisa googling sendiri untuk hal ini.
Seorang POLANTAS bisa memiliki surat tilang itu dengan membelinya di kantor mereka masing masing (saya tidak tau persisnya dibagian mana), tapi benar mereka membeli...dengan uang lah pasti...uang mereka pribadi. Setau saya satu rangkap surat tilang itu bisa mencapai Rp 10,000 jadi tidak mungkin mereka mau memberi surat tilang tersebut dengan nilai denda "sidang ditempat" yang lebih rendah.
Bayangkan bagaimana rasanya apabila anda harus mengeluarkan uang untuk sesuatu yang sudah menjadi pekerjaan/kewajiban rutin anda, tanpa ada penggantiannya.
Memangnya mereka kerja sukarela?

Ditambah lagi, biaya perawatan kendaraan mereka biasanya ditanggu sendiri oleh polsek dan polres masing-masing, apalagi di pelosok-plosok, anggaran mereka sangat terbatas. Tidak jarang mereka harus merogoh kocek mereka sendiri.

Situasi ini membuat proses tilang-menilang ini menjadi "mata pencarian" atau sampingan dari gaji pokok mereka yang mohon maaf, juga tidak sepadan dengan resiko pekerjaan mereka.
Coba saja lihat, biasanya setiap mendekati hari raya, mereka lebih rajin lagi menilang.

Mungkin kejar setoran untuk beli baju baru anak dan istri...kan kasian banget.

Ini benar-benar memprihatinkan...pemerintah kita benar-benar kacau.

Lanjut. Dari beberapa pengalaman teman saya....yang doyan ditilang, kawan saya ini lebih memilih untuk bilang "sidang saja pak" dan kemudian meminta slip biru tersebut.
Sebagian besar polisi akhirnya hanya menegur, tidak menilang dan kawan saya melanjutkan perjalannya.

Tapi pernah suatu saat, polisi tersebut memberikan slip birunya dan kawan saya ini pergi ke Bank untuk membayar denda tersebut sekaligus mengambil SIM-nya yang ditahan (ini prosedur standar). Dalam slip biru tersebut disebutkan ke nomor rekening mana kita harus membayar dendanya, tapi dalam kenyataan, nomor tersebut dicoret dan diganti nomor rekening lain yang tidak jelas milik siapa.

Kalau ini sih sudah jelas pidana namanya bisa masuk korupsi dan penggelapan uang negara.
Coba bayangkan berapa (ratus) miliyar uang negara yang lenyap setiap tahun, dari kelakuan ini saja, sedangkan jalan masih banyak yang bolong, dan masih banyak orang miskin yang perlu ditolong.

Sangat parah...sampai miris saya dengernya, sedemikan terkikisnya kah integritas aparat kita?

Sampai timbul joke yang bilang kalau di Indonesia cuma ada 3 polisi yang jujur....polisi tidur....patung polisi....dan KAPOLRI pertama Indonesia (saya lupa namanya siapa).

Jadi, cobalah untuk tidak "damai" dalam hal ini, secara tidak langsung kita membantu diri kita sendiri untuk lebih disiplin dan membantu polisi kita untuk tidak korup.

Selasa, 30 Juni 2009

The triumphal of Environmental NGOs

The battle between environmental NGOs and natural resources companies entered a new chapter when the new law no. 40/2007 was applied last year.

Although the business community saw it as a failed act, the environmental and social community-empowerment NGOs saw it as a right move. The law can be considered as the triumph of environmental NGOs against the natural resources companies according to Zainal Abidin from Indonesia Legal Aid Foundation.

Andika Gunadarma from Hukumonline.com who monitors laws passed by legislators said that law No. 40/2007 has been anticipated since 2005 because the Indonesian business society needed a new law to replace law No. 1/1995 on perseroan terbatas (finite company)

He explained that the new law gives better details about the rights and responsibilities of company directors and commissioners. It was also created to embrace the principles of good corporate governance, business ethics, anti-corruption, and e-government. However, he never anticipated CSR (Corporate Social Responsibility).

Echoing with Andika, Imam Nasima from the Indonesian Centre for Law and Policy Studies told the Globe that the first draft of the Laws No. 40 did not initially have article 74 regarding CSR matter.

It was later included in the final draft by the special committee of DPR chaired by Akil Mochtar from Golkar. Mochtar confirmed that the commission decided to include the CSR matter in the final draft because it thought that this matter must get more attention from natural resources companies.

By including the CSR matter in the law they hoped that in the future, there will be no more cases like those concerning Newmont Minahasa or Lapindo.

The Indonesia Business community, represented by the Indonesian Chamber of Commerce and Business Watch Indonesia, objected to several articles in the law especially article 74 because they thought that it would limit their business activities.

They argued that CSR was simply voluntary acts which should not become obligatory. The argument was also backed by Srie Redjeki, a professor of civil law from the Diponegoro University, she stated that the law was not good for business and the incorporation of the CSR matter in the law was inappropriate since moral responsibility should never become legal responsibility.

On the contrary, Fathi Ahmad from the Natural Resources Law Institute and Jalal from CSR Circle Studies embraced and praised the law while Siti Maimunah from Mining Advocacy Network also void support for the law, saying that companies must be pressured to heed concerns about environmental rehabilitation.

Since the concept of CSR was first introduced in the 1960s by the big wave of environmental movement in the west, it has been well recieved and praised by the world including Indonesia. Furthermore, the Indonesian government has taken a further step by including the concept into the law no.40/2007, an act that considered by many as being a first for the world.

(sumber : smashingyoungman)

Senin, 29 Juni 2009

Computerized Lawyer

Oke, saya sudah lama mendengar istilah ini, "computerized lawyer", sudah beberapa kali saya utarakan di kantor tapi masih dapat resistensi yang cukup kuat, jadi sekarang berhubung ini blognya gua, gua bisa tulis apa aja...hmwahahahaha (tertawa licik).

Lawyer pada dasarnya merupakan pekerjaan yang tergolong pra-sejarah, dari jaman orang-orang masih pada nulis diatas batu pekerjaan lawyer sudah ada. Dahulu orang yang punya kemampuan "lawyering" biasanya sudah tua dan sangat disegani, misalnya pemimpin desa, karena banyak hukum yang belum tertulis pada waktu itu, dan tentu saja orang yang hafal dengan semua kaidah hukum (sosial) di lingkungan tersebut bisanya sesepuh-sesepuh. Semua orang di lingkungan tersebut yang punya masalah hukum, larinya pasti ke sesepuh (tetua) desa tersebut.

Semua berjalan persis seperti itu dimanapun, dan pada umumnya agama adalah sumber hukum yang mengatur hubungan antar manusia....sampai akhirnya ajaran agama-agama tersebut bertemu dan bersinggungan. Para pemuka agama yang menjadi pimpinan hukum.

Sampai akhirnya ditemukan alat cetak (printing-press)...mendadak dalam waktu yang singkat semua orang bisa belajar hukum dan semenjak itu informasi bergerak dalam kecepatan yang jauh lebih cepat.

Informasi dan pengetahuan, nilainya berkurang, karena interaksi langsung antara sipemegang ilmu dan pelajar menjadi jauh, banyak nilai-nilai yang tidak bisa sampai secara utuh karena timbul penafsiran-penafsiran baru tehadap ilmu tersebut...terutama ilmu hukum.
Akan tetapi segi positifnya tetap ada, semua orang bisa belajar dan terpancing untuk mengembangkan ilmu yang telah diciptakan tersebut.

Hal ini terus berlanjut ratusan tahun, sampai akhirnya pada tahun 1970-an seorang ilmuwan militer (Amerika), menemukan teknologi yang kita kenal sekarang dengan sebutan INTERNET.

Semenjak itu informasi bergerak dalam kecepatan cahaya, dan dalam jumlah yang luar biasa besar. Sangat besar sampai terkadang kita sendiri bingung untuk memilah-milah mana informasi yang akurat dan reliable, karena saking banyaknya.

Demikian pula dengan ilmu hukum dan semua informasi tentang hukum. Masyarakat menjadi memiliki akses yang sama besarnya dan sama lengkapnya dengan para Lawyer, khususnya Lawyer yang bisa pakai internet.
Lawyer, dalam hal ini lawyer yang sudah sangat senior umumnya tidak familiar dengan komputer apalagi internet. Bukan karena mereka sudah tua dan tidak mau belajar, tapi semata-mata karena praktisi hukum sangat sulit untuk mengubah cara mereka berpraktik hukum dan metode riset yang konvensional sudah mendarah-daging sehingga sulit untuk berubah.

Lantas apa yang membuat lawyer-lawyer ini memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan orang non-hukum ketika informasi sudah bisa didapat dimana-mana?

Jawabannya adalah cara penalaran hukum, filosofi, analogi serta kemampuan interaksi langsung yang mereka miliki terutama apabila mereka punya spesialisasi. Misalnya, perburuhan, keluarga, pidana, perbankan, pasarmodal dan lain-lain. Lawyer tanpa spesialisasi di jaman sekarang dan kedepan akan cepat hilang, tidak terpakai karena kemampuan mereka tidak ada bedanya dengan orang yang punya akses internet.

Jadi kalau sekarang saya tanya, apa sih sebenarnya Computerized Lawyer itu?
Jawabannya cuma satu...

Lawyer yang resourcesul, adalah lawyer yang akses hukumonline.com

Selesai sudah.

Cinta & Tasbih Asli Mesir?

Sebagai penggemar film saya berusaha (keras) untuk mencoba mempelajari dan menikmati film Ketika Cinta Bertasbih (KCB) yang berdurasi 2 jam ini dengan harapan bahwa film ini merupakan sebuah evolusi dari film sebelumnya, yaitu Ayat-ayat Cinta.
Film yang dijejali aktor-aktor senior Indonesia seperti Dedy Mizwar, Didi Petet dan Slamet Rahardjo ini diadaptasi dari novel yang ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy yang (juga) bercerita seputar kehidupan mahasiswa Indonesia di Mesir.
Selama 10 menit permulaan film penonton akan disajikan dengan pemandangan kota Mesir lengkap dengan piramid dan sungai Nil-nya, sudah sepatutnya, kita semua juga tahu sejak “cap Asli Mesir” di tempel di poster film ini, seperti iklan martabak.
Saya sempat memperhatikan adegan diawal film ketika Duta Besar (Slamet Rahardjo) dan supirnya, Pak Ali (Didi Petet) sedang makan ikan bakar yang dibuat oleh Azzam (Kholidi Asadu Alam) menggunakan “blue screen”, jadi kemungkinan adegan tersebut bukan diambil di Mesir.
Mungkin sebaiknya kita membahas satu persatu dari film ini, saya akan mulai dari sisi sinematografinya dulu. Secara garis besar film ini sangat ramah dengan mata, angle dan photografi dari film ini cukup bagus layaknya sebuah film sungguhan, bukan seperti beberapa film Indonesia lain yang terasa seperti menonton sinetron di TV. Gambar kota mesir dengan sungai Nil mendapat porsi yang cukup banyak yang membuat kita yang belum pernah pergi kesana menjadi paham deskripsi penulis tentang kota tersebut dalam novelnya. Asli Mesir, tidak perlu ada keraguan lagi untuk hal ini.

Dari sisi akting, pemeran utama dalam film ini adalah Azzam (Kholidi Asadu Alam) cerita di film ini berputar di sekelilingnya. Sayangnya akting Kholidi terasa sangat hambar dan sangat kaku, apalagi ketika dihadapkan dengan Didi Petet atau bahkan Alice Norin. Percakapan dalam film ini terasa terlalu dibuat-buat hampir menyerupai drama TVRI beberapa tahun silam.Tokoh utama lain dalam film ini adalah Anna (Oki Setiana Dewi) yang digambarkan (seharusnya) sebagai wanita santri yang berpendidikan tinggi dan sangat halus budipekertinya. Tapi setelah 10 menit melihat gerak-gerik (terutama senyumnya) dan dialognya, Anna terasa sangat dibuat-buat sehingga terkesan hypocrite dan licik. Begitu juga lawan mainnya yang lain, semuanya terasa sangat generik dan dipaksakan. Tanpa para aktor senior, apabila dibandingkan dengan Ayat-Ayat Cinta atau bahkan pemeran anak-anak di film Laskar Pelangi, dari sisi kualitas akting KCB jauh tertinggal.

Mungkin ini bukan murni kesalahan para aktor-aktor muda di film ini yang dicasting secara besar-besaran, akan tetapi penulis skenario film ini juga ikut bersalah dengan membuat dialog-dialog yang sangat tidak alami. Jujur saja, mahasiswa Indonesia, dimanapun mereka berada akan berbicara seperti layaknya mahasiswa Indonesia yang kuliah di Bandung atau di Jakarta. Mungkin penulis skenario lupa bahwa penonton bisa merasakan sentuhan, kesedihan dan kebahagiaan dari apa yang terlihat di layar. Misalnya ketikan Azzam akhirnya dinyatakan lulus, Azzam berteriak, berlutut memeluk temannya sambil menangis tersedu-sedu seolah-olah dia satu-satunya orang yang selamat dari serangan nuklir. Tapi beberapa detik kemudian air matanya mendadak hilang dan ia kembali membuat tempe. Terlalu berlebihan.

Sekarang dari sisi cerita.

Saya termasuk salah satu orang yang selalu terserang “refrigerator effect” (RE) sehabis menonton sebuah film. RE merupakan reaksi logik terhadap efek visual atau alur cerita dari sebuah film yang biasanya timbul setalah sipenonton sedang santai, membuka kulkas dan mendadak menemukan bahwa suatu hal tidak masuk akal dalam film yang barusan ia tonton. Misalnya, di film KBC ini, menceritakan seorang mahasiswa Indonesia yang secara mustahil...maaf mukjizat, kuliah di Al’Azhar University selama 9 tahun sambil berjualan tempe. Ya, sekali lagi tempe.

Perhitungannya begini, tempe di Indonesia harganya Rp.10,000/kg (sepuluh ribu rupiah/kilogram). Azzam dalam film tersebut menjual tempenya dengan dibantu teman-temannya sebagai kurir. Digambarkan (dalam satu adegan) kalau ia sehari bisa menjual kurang lebih 2 kilogram tempe. Anggap saja harganya 3 kali lipat dari disini.

(3 x 10,000) x 2 = Rp.60,000/hari
Asumsikan bahwa tiap hari penjualannya sama.
60,000 x 30 = Rp. 1,800,000/bulan
Seandainya 1$ = 10,000 (misalnya)
Berarti, sebulan revenue Azzam adalah $ 180 sebulan.
(belum dipotong ongkos produksi)

MANA MUNGKIN AZZAM BISA HIDUP 9 TAHUN DI MESIR SAMBIL KULIAH DAN MEMBIAYAI KELUARGANYA DI SOLO!!

Itu salah satu contoh refrigerator effect.

Dari hal-hal cerita yang lain, misalnya ketika Furqhan( Andi Arsyil Rahman) mendadak bangkit dari tidur dan mengetahui bahwa dirinya “diperas” oleh seorang wanita yang semalam sebelumnya berhubungan sex (nyotem) dengannya. Furqhan melaporkan pemerasan tersebut ke kepolisian Mesir dan mengatakan bahwa ia telah di fitnah.

Tunggu dulu, fitnah dalam KUHPidana diatur dalam pasal 311 ayat 2 dan 314 ayat 3 dalam lingkup penghinaan, adalah menuduh seseorang melakukan suatu hal (kezaliman) padahal dalam kenyataannya tidak (tidak dapat dibuktikan kebenarannya).

Dalam hal ini memang si wanita melakukan pemerasan, itu sudah jelas, tapi sekali lagi bukan fitnah, karena mereka berdua memang benar melakukan hubungan sex, kalau tidak dari mana si wanita bisa punya gambar mereka berdua. Yang lebih tidak jelas lagi, wanita misterius ini, sungguh sangat misterius, tidak jelas asal-usulnya, tahu-tahunya muncul begitu saja.

Banyak lagi alur cerita (sampingan) yang menurut saya agak dipaksakan hanya untuk sekedar meramaikan cerita film KCB tersebut atau sekedar bumbu.

Secara keseluruhan, apabila anda bukanlah penggemar berat novel karya Habiburrahman El Shirazy atau penikmat film seperti seperti saya, anda akan kecewa.
Pertama, karena memang ada karya tulisan yang memang sepatutnya tetap jadi tulisan saja. Bukan karena tidak akan bagus kalau jadi film, tapi hanya karena yang meng-adaptasi novel tersebut belum tentu mampu membuatnya jadi sebagus tulisannya sehingga banyak hal-hal penting atau detail yang terlewat atau bahkan gagal untuk diterjemahkan ke dalam film. Kedua, karena secara keseluruhan film ini tidak lebih baik dari Ayat-Ayat Cinta.
Terakhir, karena isu yang diangkat dalam film ini yang cukup menonjol adalah seputar isu poligami, yang (lagi) secara dipaksakan oleh penulis dimasukkan untuk sekedar koreksi (pernyataan koreksi) penulis tentang poligami yang tidak ada dalam Ayat-Ayat Cinta.


Satu misteri yang sampai saat ini masih menggangu saya tentang film KCB ini yaitu satu hal, dalam film Islami yang hampir 2 jam ini saya tidak sekalipun melihat ada adegan sholat. Mungkin saya keliru, atau mungkin adegan sholat akan ada di sekuelnya.

(Dik)