If I explain it to you anyway, you wouldn't understand

Kamis, 22 Desember 2011

Guy Martin & his bikes

Classic

You ladies, are awesome!




Dream cars


Cute Morrigan cosplay

1996 Ducati Monster 900





Rabu, 07 Desember 2011

Passion & Determination






Source: 9gag

Selasa, 06 Desember 2011

Artist level: Insane

Kamis, 01 Desember 2011

Casper's blind date

Rabu, 30 November 2011

Casper and a bee

Rabu, 20 April 2011

Cafe Cowboy

Cafe cowboy from benedict campbell on Vimeo.

Sabtu, 12 Maret 2011

The Bad Politics


Nope...tulisan ini bukan untuk menceritakan kebusukan politisi Indonesia....yang ini jauh lebih baik.

Ini tentang motor gue yang gue kasih nama "the Bad Politics"

Sudah lebih dari tiga tahun saya memimpikan membangun motor yang bernafaskan "cafe racer". Setelah nabung selama bertahun-tahun (baca: lebay) nah akhirnya kesempatan datang juga. Kebeli juga Yamaha Scorpio tahun 2006...dan motor ini sudah dalam kondisi dimonif dengan aliran "jap style"...oleh seorang biker dari "Street Demon" Bandung yang bernama Kikis.....ini motornya:



Bukannya gue enggak suka "jap style"....tapi karena emang udah ngebet model cafe racer...ya apa boleh buat....disain harus dirombak....total.

Setelah melalui beberapa kali gonta-ganti ide disain...banyak terinspirasi dari www.bikeexif.com, akhirnya gue nekat merubah total motor tersebut....tentunya dengan biaya yang "masuk akal"

Step pertama: mengganti ban belakang dari ukuran standar 110 R18 ke 160 R17.... beli velg buat scorpio yang lebar tapi jari-jari itu susah-susah gampang...akhirnya dapet velg untuk supermoto merk Techno dengan 28 jari (harga Rp. 450 ribu)....ban Bridgestone Batlax 092 , 160 x 60 (harga Rp.900 ribu).

Setelah itu...karena swing arm scorpio yang asli tidak bisa muat ban lebar 160, gue harus beli swing arm after market yang baru. Menurut gue lebih bagus daripada beli limbah moge. Pertama barangnya baru...dan lebih murah.
Gue dapet swing arm Pro-Performance buatan Thailand...dengan harga Rp. 450 ribu. Bagus dan sudah ada stabilizernya.

Pas beli swing arm ini...gue hampir ditipu oleh toko onderdil iblis...yang nawarin arm merk "kumis"....yang ternyata ngujubilah PALSU abis dengan harga Rp.550 ribu. gue sempat sudah beli kumis palsu ini...dan karena engga yakin sama sekali...akhirnya gue balikin dan minta uang gue kembali....dasar toko busuk....masa bikin arm las-lasannya kaya di lem pake nasi.

But anyway...gue akhirnya beli merk Pro-performance...langsung klop dan sangat kokoh.
Beberapa aksesoris yang ikutan latah kebeli antara lain: handle bar (fat bar), spion model ujung handle bar (dapet di Bumping Kulture Tebet), footstep underbone....busuk...enggak kepake, dan satu set lampu sein depan dan belakang. (total biaya Rp.410 ribu).

Walaupun banyak yang melarang gue untuk memotong chasis motor...tapi karena udah keukeuh pingin model cafe racer....nothing can stop me now.

Berikut ini gambar motornya sedang di kerjakan:

















Sampai saat ini keadaan motornya masih setengah jadi...tinggal nunggu pengerjaan tangki motor dan jok motornya...tapi motornya sudah bisa dipakai jalan-jalan.

Kalau nanti selesai kira-kira bentuknya akan seperti gambar paling bawah
Dengan tangki bensin warna merah...dan tulisan "Bad Politics" disampingnya.

Rabu, 02 Maret 2011

Next anticipated movie

Kamis, 24 Februari 2011

Mobil Honda yang kemungkinan "cacat produk"

Mobil-mobil yang kemungkinan memiliki cacat bawaan ini antara lain ada di mobil-mobil yang memiliki Vehicle Identification Number sebagai berikut:

City (3,360 unit)
Produksi Oktober 2008 – Januari 2010


MRHGM2***8P920003 ~ 920212
MRHGM2***9P920123 ~ 921323
MRHGM2***AP020001 ~ 020120

Jazz (16,300 unit)
Produksi Juni 2008 – Maret 2010


MHRGE8***8J900003 ~ 903906
MHRGE8***9J900001 ~ 903341
MHRGE8***AJ000001 ~ 000540
MHRGE8***AJ900001 ~ 900198

Freed (10,592 unit)
Produksi Mai 2009 – Februari 2010


MHRGB3***9J000006 ~ 007186
MHRGB3***AJ000001 ~ 001229

Copas dari DetikOto.com

Minggu, 20 Februari 2011

Football and Other Religions

There are only two things that can actually able to unite and also divide Indonesian at the same time. It’s either football or religion, or both.


I’m not a huge fan of football like most guys in Indonesia. I’m also not a fanatic fan of particular religion. For me those thing have different purposes, different merit but collegially, somehow they both creates the same effect on people behavior, especially men.


In some country football clubs (or soccer in US) can be consider almost the same as religion. They have their fans and some “fanatics” fans that are willing to go and do things without asking question. They both have their gathering place on Sunday or any other day, it can be churches or mosque for religion, and stadiums or bars for football fans.

These “organization/clubs” have leaders and followers, these leaders could have prominent control over their followers, and I’m telling you these followers are not just loyal but they also committed.

Both of their “fans” will cherishes and support their team for better and for worst, and will mocks and (if the need to) fight the other supporters from different team.


Since the Roman, governments all over the world have been using both “sports/entertainment” and religions for means of politics. By using sports or religion one can generate significant amount of followers. It is easier because once a person becomes a follower the automatically committed both mentally and physically to the group behavior the person’s identities will became the group identity.

If you live in a country that has 250 millions of population, which 90% of them are devoted to one particular religion, and football is the number one sport, once you have control over sport or religion, you control the people.


And if you somehow managed to control both at the same time, you are God.


Politicians, and corrupt government officer will use either of this two “groups” as a facility to their personal gain, it can be for financial gain, political or just simply for the thrills. All they have to do is to control their leaders, usually with false promises and they can make them do anything they want.

Individually people have different needs, but when they are in groups it became the group’s needs, and those needs are usually easier to achieve. The good thing is that whenever the group’s needs are fulfilled it’s automatically fulfilled the personal needs (purposes) at the same time, because it’s very hard to negotiate individual needs when you already committed into a group.


In a football match the winner will be decided by a score, while in a religion there can’t be any winner or loser, and there is no way in earth that we can (should) do to measure that. It is not a competition for righteousness, or for “heaven” sake.


The worst part of this is the referee. In football a person (human being) is responsible to keep the game “fair”, there also laws that was designed by human so the game would be played in harmony. Players, officials and supporters can protest the referee decisions, and there are countless times that a referee would be found guilty of fixing the game, which sometimes could leads to public outrage.


IT IS NOT THE SAME IN RELIGION.


No human being should or would have the capacity to become a “referee” between religious believes. It’s not within our realms of perceptions, analogies or even common senses that another human being could decide which religion or believe is better or righteous than the other.

Whenever a fight broke out between two football supporters it probably will last for several hours. But when a fight broke because of religion it could turn in to a war that could last for thousand of years. Doesn’t matter who started it, but for “God sake”, it’s NOT for us to decide how it should end.


There can’t be any winner in this situation, and there shall not be any loser either. Only God would be the only one that has the right to decide, whether in this life or the next one.



“You shall have your religion and I shall have my religion” (The Quran, 109:6)

Minggu, 06 Februari 2011

SKPP itu bukan Deponering

Dalam minggu terakhir beberapa punggawa di Komisi III DPR sibuk mengklarifikasi soal pengusiran Bibit-Chandra dari RDP. Alasan yang kita dengar dari mereka adalah soal "status tersangka" mereka yang tetap melekat setelah dikeluarkannya deponering tersebut.
Bahkan Gayus Lumbun dan Fahri Hamzah mengaitkan kemungkinan adanya "barter" yang dilakukan KPK supaya dikeluarkannya deponering tersebut.

Perlu dipahami bahwa pendapat beberapa anggota DPR tentang deponering ini adalah keliru.
Keliru bukan karena kaitannya dengan status tersangka tersebut (atau hal-hal lain) tapi simply karena mereka menyamakan kekuatan, kedudukan dan fungsi SKPP yang dikeluarkan sebelumnya (yang kemudian dicabut) dengan deponering itu sendiri.

Deponering itu tidak sama dengan SKPP.

Penjelasan sederhananya begini. Kejaksaan Agung berdasarkan UU (dalam KUHAP dan UU Kejaksaan 16/2004) diberi amanat (atau "pisau" kalau dalam bahasa polisi & jaksa) untuk menghentikan proses penyidikan dan penuntutan dengan dua cara yaitu mengeluarkan SKPP dan/atau Deponering.

SKPP dapat dikeluarkan oleh Kejaksaan karena alasan tidak terpenuhinya syarat formil dan materiil perkara tersebut untuk dilanjutkan ke pengadilan (P 21), misalnya alat bukti kurang lengkap.
Deponering hanya bisa dikeluarkan dengan alasan "Kepentingan Publik/umum", yang bisa ditafsirkan bahwa apabila perkara tersebut tetap dilanjutkan ke pengadilan justru akan merusak atau bertentangan dengan kepentingan publik. Dalam hal ini adalah pemberantasan korupsi oleh KPK yang terganggu selama rekayasa kasus Bibit-Chandra tersebut berlangsung. (Kita semua dengar rekaman di MK).

Keduanya (SKPP dan Deponering) sama-sama menghapus status tersangka, perbedaannya SKPP bisa di challange (di pra-peradilankan) oleh pihak-pihak yang berkepentingan, misalnya ditemukan bukti baru atau saksi baru. Apabila pengadilan mencabut SKPP tersebut maka kembali status seseorang menjadi tersangka kembali dan melanjutkan proses hukum tersebut ke pengadilan.

Lain halnya dengan deponering, karena berdasar pada kepentingan umum, Deponering TIDAK bisa di pra-peradilankan, begitu dikeluarkannya deponering maka tertutuplah semua pintu untuk melanjutkan proses hukum yang sedang berjalan dan hilanglah status "tersangka" orang tersebut.

Kesalahan yang paling fatal dan menyesatkan adalah ketika dikeluarkannya SKPP oleh Jaksa Agung (Hendarman), dia menulis bahwa "bukti sudah lengkap...namun karena alasan kepentingan umum/publik maka dikeluarkannya SKPP", dimana seharusnya (dan dia tahu) apabila alasannya untuk "kepentingan umum" perkara tersebut HARUS di deponering atau lanjut ke pengadilan BUKAN SKPP.

Kesalahan yang menurut saya disengaja oleh Jaksa Agung tersebut menyebabkan para "ahli" hukum di komisi III terjebak dengan asusmsi bahwa kekuatan SKPP sama dengan deponering padahal keduanya punya tujuan dan kekuatan yang sangat berbeda, ditambah lagi fakta yang perlu kita garis bawahi: (1). Sampai saat ini memang tidak ada bukti dipegang oleh kejaksaan untuk melanjutkan ke pengadilan; (2). Perkara ini belum masuk ke pengadilan, jadi memang bukan kewenangan pengadilan untuk memutuskan (pra-peradilan bukan mengadili perkara substansinya).

Jangan terjebak dengan komentar-komentar wakil rakyat di TV...tetaplah ingat bahwa SKPP tidak sama dengan deponering.

Bakat Musik vs Bakat Diare

Sebagai seorang Presiden Beye tidak hanya handal dalam bermain gitar tapi juga pandai menulis lirik lagu.

"lirik saya buat berdasarkan apa yang terjadi diluar sana, membuat saya tidak perlu menulis lirik-lirik cinta dan lagu cengeng," ujarnya saat ditanya wartawan.

Sementara itu, pengamat musik Djhonny Iskandar menilai lagu-lagu Beye cenderung monoton dan selalu mengulang lirik yang sama, misalnya "Prihatin", "mengecam", "menganjurkan" dan "tidak intervensi". Hal ini menyebabkan lagu Beye terdengar seperti kaset kusut dan membingungkan bagi orang yang mendengarkan lagunya.

Di lain tempat, persatuan Alien Sleman dan kodok sawah, masih ketakutan mendengar lagu-lagu SBY karena bisa membuat mereka sakit kepala dan diare berkepanjangan

Rabu, 26 Januari 2011

Suatu Hari di 2015

Tegal, 18 Agustus 2015
Menanggapi masih banyaknya buku sby beredar di smp-smp Tegal dirasa mengganggu proses pendidikan di daerah tersebut. Menanggapi hal ini Amrie (nama samaran), seorang ahli sosiologi berpendapat bahwa fenomena ini terjadi karena 3 faktor:
  1. DIKNAS Tegal tidak mengetahui bahwa sekarang sby bukan lagi presiden Indonesia;
  2. SMP-SMP di tegal tidak memiliki pemutar CD album sby yang saat ini populer setelah di nyanyikan kembali oleh Band Wali;
  3. Secara empiris terbukti bahwa ke...mampuan membaca anggota fraksi demokrat memiliki kemiripan dengan anak SMP di Tegal
Rijal Klereng, juru kampanye partai demokrat sependapat dengan ketiga hipotesa tersebut."karena itu, untuk memperkuat kampanye kami di 2019, partai demokrat akan membagikan balon warna biru dengan gambar wajah capres-cawapres kami untuk da...erah-daerah yang lebih terpencil."
Kak Soto, pakar psikologi anak juga mengatakan bahwa dengan melihat perilaku anggota dewan dari fraksi demokrat, memang kelihatan serupa dengan kelakukan remaja SMP. Suka main-main, belum dewasa, dan masih mencari identitas diri.

Selasa, 25 Januari 2011

Crop Circle and Diarrhea

Karena takut diserang alien, warga sleman mempersenjatai diri dengan memutar album sby. Suara yg keluar diharapkan bisa mengusir alien dan kodok sawah.

Sementara itu Tifatul berniat melarang alien masuk kalau mereka tidak tunduk pada hukum Indonesia. Hal ini dipicu karena alien-alien tersebut tidak mengenakan baju.


‎"Mereka mengabaikan peraturan perundang-undangan di negara kita. Apa mereka tidak mendapatkan sosialisasi UU Pornografi?" ujar Tiffy yang sempat "memaksa" untuk menyalam tangan Michelle Obama.
Sementara itu, pria berinisial S, dan B, dan Y ...mendukung pemutaran albumnya di dekat crop circle. "Ada baiknya mereka juga membeli album saya. Royalti yang dihasilkan dapat membantu remunerasi yang akan dilaksanakan," ujarnya sambil memegang gitar.

Seperti diberitakan sebelumnya, album dari pria berinisial S, dan B, dan Y telah menimbulkan kehebohan di dunia musik nasional dan internasional. Album ini menjadi satu2nya rekaman musik yang berhasil masuk dalam soal ujian Calon Pegawai Negeri Sipil, sebuah prestasi yang tak pernah diraih oleh album-album dari artis lain.

Ketika berusaha dikonfirmasi, alien yang sedang menunggu bagasi di depan UFOnya, masih terlihat shock setelah pemutaran album tersebut.

"ZZZZZ#$%^&*ZZZZZZZZ)(*&^%," ujar alien, sebut saja namanya "ghembhel", sambil bergumam.

Menurut salah seo...rang penduduk lokal yang telah mempelajari bahasa alien itu, Ghembhel merasa mual dan tiba-tiba susah buang air besar setelah album kompilasi itu diputar.

Ghembhel...yang rupanya masih family dengan Ijal, seorang pengusaha (milyader) lumpur dari Sidoarjo. Mengaku bahwa mual-mual dan diare itu bukan disebabkan oleh suara yang keluar dari album tersebut melainkan bau aneh mirip seperti rambut t...erbakar setiap kali lagu-lagu tesebut diputar.

Lain halnya dengan LAPAN, yang sampai saati ini belum berani mengeluarkan statemen apapun terkait dengan "senjata-penangkal-alien" ini.

"kami masih melakukan pengkajian ilmiah untuk ini dengan mencoba mengambil sampel dari lagu tersebut dan dites ke anggota Fraksi Demokrat". Hasil sementara 99% anggota fraksi positif hamil, kecuali pria berinisial RS, yang malah berteriak-teriak dan menjambak-jambak rambut.

Para peneliti dari NASA telah bersiap untuk meneliti fenomena "senjata-penangkal-alien" buatan kampung Cikeas ini. Mereka terkagum-kagum dengan biaya minim yang dikeluarkan untuk menangkal alien, tetapi mampu menghasilkan royalti yang cukup... untuk menambah gaji yang tidak naik selama tujuh tahun.

"We have a very big interest on this case. eh, Thethapi kitha masih buthuh izin daripada dishangkha sebagai CIA oleh Ghayus," ujar peneliti yang menolak menyebutkan namanya, dengan aksen bule ngehe seperti Chincha Lora.

Fraksi Partai Demokrat sendiri masih kelabakan untuk mengatasi kehamilan yang melanda seluruh anggotanya. Salah seorang wanita anggota fraksi yang kebetulan telah mengawini seorang duda dari fraksi yang sama berkata, "Hal ini akan dibawa me...nuju rapat pimpinan Partai. tapi saya rasa Bapak bisa memberikan arahan yang cukup".

Meskipun wanita tersebut tidak mengerti apa yang dibicarakannya, rekan-rekan sesama fraksi tetap mengangguk.

Lain hal ketika ahli telematika dihubungi untuk masalah ini. Politisi berinsial R dan S yang selalu mengaku dirinya ahli dalam bidang informasi teknologi ini terlihat agak terganggu.

"Ini foto asli!! 99 persen bukan rekayasa! saya menemukann...ya di server belanda dan ternyata foto ini terdiri dari tiga stanza," ujarnya secara tidak nyambung sambil menyatakan bahwa dirinya adalah penemu bait lain dari Indonesia Raya.

Tetapi disinyalir, ahli tanpa kompetensi ini tertular virus alien, karena berulang kali mengatakan "!@#$%^&ZZZZUY&R$E!@#$!!"

Saat melihat tingkah polah para tokoh ini, Ghembhel, sang alien yang baru saja mendarat, hanya bisa menggeleng sambil menahan gas buangan dari saluran ekskresinya.

Pendaratannya di Sleman, ternyata membuat Ghembhel mempelajari sebuah kata un...tuk ditujukan pada tokoh-tokoh tadi. "NGGILANI!" begitu kata Ghembhel saat ditanya pendapatnya.


Ditulis oleh; Andika dan Prihot dalam waktu bersamaan

Senin, 24 Januari 2011

Alien Nation....an incoherent rambling in one evening with friends over the net

(copas dari FB tulisan beberapa orang dalam waktu bersamaan)

Malaysia mengklaim bahwa UFO yang mendarat di Sleman adalah milik Malaysia. Lain halnya dengan Nurdin Halid yg mengklaim bahwa keberhasilan UFO mendarat di Sleman adalah karena dukungan golkar.

Menurut keterangan alien, UFO mendarat di sleman karena gagal landing di sidoarjo akibat lumpur lapindo.

"Pesawat kami belum mampu mengatasi luasnya lumpur lapindo," ujar alien yang enggan disebutkan namanya.

kemudian alien yg berhasil ditemukan, sebut saja namanya "bunga" direnggut keperawanannya oleh para pemuda tanggung yang sedang mabuk minuman oplosan. Pemuda bertubuh gemuk ini kemudian menerima bea siswa untuk melanjutkan kuliahnya di Perancis.

Tak disangka, beasiswa pemuda ini ditunda karena diduga kuat memiliki keterkaitan dengan jaringan poros Nurdin-Ical-Alien.

Penduduk sekitar masih tidak mau berkomentar mengenai penundaan beasiswa ini. Selain itu, kasus perenggutan keperawana...n makhluk asing, masih menjadi perdebatan di fakultas hukum setempat. Permasalahan yurisdiksi pengadilan dan kompetensi terus bermunculan diantara para ahli hukum perbintangan.

Berkenaan dengan klaim dukungan Golkar, sampai saat ini belum ada pernyataan resmi dari pihak yang berkaitan. Ketika dihubungi, pengurus Golkar sedang sibuk berkompetisi Zuma di kantor masing-masing.

masih dari UFo yang sama, seorang pria tegap tinggi besar muncul dan langsung menyampaikan keluhan resmi semi merengek bahwa sudah tujuh tahun lamanya dia tidak naik gaji.

‎"Ini tahun ke-7 gaji saya belum naik," ujarnya mengawali semi-curhat.

Menurutnya, gajinya itu masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan onderdil dan modifikasi UFOnya. "Perlu banyak servis dan penambahan aksesoris disana-sini. Dana taktis... selama ini, masih belum cukup," pungkasnya. Selain minyak pelumas untuk mesin penggerak UFO saya, pomade aka minyak rambut untuk penampilan dan citra saya sebagai seorang pria bijak juga kurang mencukupi.

Biaya perawatan rambut bos alien, film porno dan oli UFO yang diduga sebesar 18 milyar tersebut saat ini raib setelah jumlah uang yang ditemukan dalam rekening gayus hanya sebesar 10 Milyar. "kami bilang uang itu tidak ada!" kata kabareskrim Ito....dengan nafas berbau oli alien

‎"Saya berharap semua prajurit mengerti kondisi ini. Mari kita utamakan terlebih dahulu kepentingan mesin penggerak UFO saya. Mengingat akan ada pertarungan antar-galaksi tahun depan, dan saya dimandatkan untuk mewakili Planet Bumi," ujar pria tegap tinggi besar, yang disinyalir memiliki inisial S, dan B, dan Y.

ketika ditanya mengenai video mesum yang sedang beredar, pria tegap tinggi besar itu tidak memberikan jawaban yang jelas.

"Kita lihat kajiannya seperti apa. Tentu, ada langkah-langkah yang nanti bisa kita tempuh," cetusnya sambil was-was den...gan ancaman golok sekelompok orang berjubah putih.


‎"Ini jelas video asli!" ujar ahli telematika, yang juga sering nongkrong dengan si pria tegap tinggi besar.

"Saya sudah memastikan keaslian video ini. ini 99% asli," cetus ahli telematika yang tidak memiliki ijazah di bidang telematika ini....

Ketika dicoba untuk mengonfirmasi kebenaran berita ini, menteri yang bersangkutan tidak juga memberikan keterangan yang memuaskan.

"Yang jelas, harus ada server di Indonesia. Saya akan tutup akhir bulan ini kalau tidak ada kejelasan dari perusahaan yang bersangkutan. Lagipula, saya tidak ada waktu untuk mengurus gosip di jaringan sosial," tukasnya sambil ngeloyor pergi dengan memegang beberapa keping DVD bertuliskan N*ughty Am*rica edisi MSHF.

Sampai berita ini diturunkan, semua pihak masih berusaha mencari kebenaran semua isu ini. Semenjak kepergian Mama Loren, hampir tidak mungkin untuk menemukan informasi yang dapat diandalkan dan tentunya sangat visioner.

Dato Zaenal, perwakilan pemerintah Malaysia, bersikeras bahwa UFO Sleman adalah milik negaranya.

"Tak bisa lah itu Indonesia klaim-klaim our spacecraft. Kiteu punyeu that thing," ucapnya dalam logat Malaysia yang kentara.

Meski demikian, Dato... mengutamakan penyelesaian sengketa batik yang hingga saat ini masih berada dalam proses yang tidak jelas.

"Terus lah kita work on that. After Sipadan-Ligitan, and Piala AFC terkahir, I raseu sudah enough Malaysia nurut sama Indonesie," pungkas Dato, tetap dengan logat malaysia yang kental, seperti kopi.

Keputusan pengadilan itu melegakan pria yang sehari-harinya bertugas untuk merusak sebuah organisasi sepakbola yang bernama P, S, S, dan I.

"Pengadilan telah memberikan putusan yang seadil-adilnya," tukasnya sambil ngeloyor pergi.

Ketika dimi...nta informasi mengenai putusan pengadilan itu, mantan istri sang pria berkata (telah diterjemahkan), "AKH, GILINGAN!! REMPONG NIH SEMUA HAKIM DEH. GUE TIMPE YEY SEMUA!!"

Aliansi Transgender Taman Lawang, masih belum bersikap mengenai putusan pengadilan ini. Namun mereka akan membawanya dalam Rakernas 2011 yang akan dilaksanakan di sekitar Jl. Latuharhary, Jakarta.

Direktur Intelijen Polda Metro Jaya, yang berada saat penggerebekan sebuah media online ternama di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, mengungkapkan pendapatnya.

"Telah terjadi pembocoran rahasia negara yang luar biasa. Ingat, ini bukan kasu...s penghinaan, tetapi pembocoran rahasia negara," ujarnya dengan mimik muka yang seolah-olah serius.

Dirinya mengatakan akan menindaklanjuti kemungkinan bocornya rahasia negara melalui media online yang sehari-harinya memberitakan kejadian-kejadian di dunia hukum secara komprehensif.

Media online ini menyediakan berbagai layanan online dan offline yang bisa didapatkan secara berbayar oleh pelanggan. Keterangan lebih lanjut hubungi, Kuningan Madya Kav. 5-6 UG 11-12

(sumber FB andika gunadarma, ditulis oleh Andika, Pirhot, Tommy dan Adit Salya)

Kamis, 20 Januari 2011

Jaksa Tidak Butuh Rakyat?

Banyak aparat penegak hukum menganggap "suap" itu bukan korupsi, karena mereka "sama-sama terbantu" (mutualisme).

Masalahnya sebagai penegak hukum terutama jaksa, mereka punya kuasa untuk memberikan "pilihan" kepada orang untuk menyuap atau tidak menyuap. Kalau anda bayar kita "bantu" kalau tidak "kita (mungkin) persulit", dan perbedaan antara keduanya bagaikan surga dan neraka.

Suap (menerima suap) adalah K.O.R.U.P.S.I.....mau itu 1 miliar atau 1 unit blackberry.

Analogi yang mirip adalah seperti dokter yang bilang ke pasiennya, "kalau anda bayar kita obatin, kalau tidak anda mati".

Menyedihkan.

Karena itu banyak aparat penegak hukum yang selalu bilang bahwa, "meraka tidak butuh masyarakat, masyarakat yang butuh mereka" (masih ingat Evan brimob?). Yang lebih menyedihkan adalah upaya penegakan hukum ini bagi mereka hanya sekedar "bisnis", bisnis yang timbul karena jabatan mereka dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan hukum atau penegakan hukum atau keadilan. Istilah "kejar setoran" sekarang tidak hanya kita dengar keluar dari supir angkot, tapi juga dari mulut penegak hukum.

Perilaku seperti ini sangat menular tidak hanya di kalangan penegak hukum, tapi meluas ke bidang-bidang lain. SDM misalnya, berapa sering anda mendengar bahwa untuk masuk (diterima) ke instansi tertentu anda harus membayar jutaan rupiah. Begitu juga pengadaan barang, tender, izin, pendidikan (karir) bahkan sampai ke hal-hal yang kecil seperti SIM dan KTP. Istilah "mark-up" dan komisi menjadi hal yang wajar.

Di pertamina misalnya, dalam sebulan dibutuhkan kurang lebih $15 juta dollar sebulan untuk membor minyak di dalam tanah. Teknologi pengeboran ini sebagian besar dimiliki oleh kontraktor asing. Coba bayangkan seberapa besar apabila seorang pejabat Pertamina minta 1% saja setiap bulan dari nilai kontrak tersebut selama 1 tahun (biasanya lebih lama). Belum lagi dari bagian pemasaran dalam negeri (PDN), angkanya bisa mencapai ratusan miliar setiap bulan uang rakyat yang dikorupsi.

Perilaku seperti ini tidak hanya menular secara vertikal, tapi juga turun-temurun, dan sedihnya justru pegawai yang bersih malah tersingkir atau terhambat karirnya.

Perbedaan antara dokter dan penegak hukum adalah, dokter sadar kalau mengobati pasien adalah kewajiban dan tanggung jawab profesi yang melekat pada diri seorang dokter, sedangkan jaksa melihat ini sebagai "peluang" untuk berbisnis.

Bayangkan apabila dokter juga melakukan hal yang sama, atau pemadam kebakaran, atau guru.

Senin, 10 Januari 2011

Everybody Happy, But Us

"A word to the wise ain't necessary; it's the stupid ones who need the advice."

That is a quote from Bill Cosby. Yes the funny father figure that we all love in the 80s.
But that line wasn't funny right now because it is the truth to our predicament situation here in our beloved country. News are spinning out of control like wild fire, criminals become saints, laws had became another bad song that keep on playing in our head.

Looking back to some part of our recent history of crime fighting. Bibit and Chandra (bitchan) case, I could swear that when we heard that tape was played at the constitutional court I felt like the law in this country do not necessary guarantee justice. Susno, the same person that said "you are a gecko...and I am a crocodile", a perfect picture to describe on how people with power always look down on others, is working his way on becoming a saint.
PT. Lapindo Brantas, Bakrie's oil company that literally destroyed a whole city to the ground leaving thousands of people homeless and unemployed is collecting their insurance money while keeping the land that contains oil but doesn't have to pay any damages because his dear friend THE PRESIDENT....issue a decree that stated the destruction, pollution and possibly murders as a NATURAL DISASTER!

Justice had left the building my dear ladies and gentlemen....she'd just left.

There is no effort at all, not even an attempt to "uphold" justice by our law enforcement. For them "justice is business". It has price tag, discounts and it's negotiable.
But what happen to people who don't want to buy or can't afford them....they got bullet in their knees.

Soon this situation will escalate to another level, it will create a situation where people lost their faith in the government, especial law enforcement. Crime rate will increase, because people will take chances, they will gamble their life with the law. You all saw what had happened, police office being attacked by people, rallies became vandalism, robbery became more violent, and corruption became more systematic and sophisticated.

In France they got "french revolution" where they send all these elite bastards to guillotine, so did in Romania, Cuba, Philippine, it even happened in here in our own country, now we call it TIMOR LESTE. We lost Timor Leste not only because our government treat them like dirt during the Suharto regime, but because Timor Leste's people have balls to stand their ground to fight this in justice...and won their freedom.

And then came along Gayus and Ariel....just when we thought that the "fight" is about to break.
They has succeeded to play his role as the escape goat by being on the wrong place at the wrong time. Media attention are completely diverted, no more passion on fighting corruption because the sex tapes are more passionate. No more interest on fixing our law enforcement, and tax agency because Gayus traveling agenda are more jaw dropping.

It's hard to turn our head from this information, because that the only thing that we saw on TV and newspapers. The rest are either bimbos actress fighting each others or a soap opera about a daughter who tortures her own mother. There is no escape from this. It's like standing in a crowded bar and choosing between beers or wine for a person who doesn't drink.

We are being directed.

The question will be, "being directed to what?"

Here it goes. This administration will reach it end of the line on 2014. SBY's will need to straighten up his act together otherwise his party will lose their support for their next attempt on running for presidency. The easiest way to win the next election (who ever that is) is to have a "hero" figure. A figure that can connect with majority of voters. How to do that? Simple, create a situation that so mess up with media exposure on those garbage news, exposes more of the government's incompetency. Basically create a situation that will make people to "think", "ENOUGH OF THIS!", or "WE NEED SOMEONE THAT COULD TAKE ACTIONS!".

By the time we reach to this point, one "hero" will come out of nowhere, could be one familiar face or a completely new one. It doesn't matter. This so-cal-hero will take some action a very popular one. He/she would send some people to prison, or issue a new popular regulation or maybe simply by making one controversial public statement that connect with majority of voters. We might not remember this, but this exact same situation happened to us during Megawati administration. Her government also corroded with corruption issues, human right issue and scandals. Take a guess who the "hero" came out of nowhere at that precise moment...yup its SBY. For them it's like a poker game, they are waiting to see who has the upper hand, while keep on firing bluffs.

Unfortunately, the dealer is cheating. He still hiding his best card while making eyes with his accomplish....and the rest of the players cannot do anything but bluffing.

Like any other opportunistic, one inconsiderate "public officer" started to make their moves while we are swamped with this garbage. The head of the House of Representatives declaring to go ahead with building the brand new office with swimming pool and spa, even though he knew that 90% of the entire nation's population against it. The police declaring their new "remuneration" salary, so did the attorney general even when it so obvious that they haven't earn it yet.

You see, it's already started. The incumbent has started to make compromises. It is necessary because even though his political party is loosing its popularity among voters and not to mention that it doesn't have any prominent candidate for presidency, he still in-charge now. He need to make sure that the "law" still on his side, or at least will not "bite" him if somehow his political party lost the next election. He has to give them that rise.

It is win-win solution for them, they're all happy.

I can tell that right now you have this feeling of disorientation like having to many information to the point that you no longer know which one to follow. It doesn't matter. These news are just news. They were meant to do that. Just take a look at the owners of the two biggest news TV stations, YES! you know those two fellas the bearded one and the one with the long lower jaw, they both running for office in 2014. They both have their own agendas.

My suggestion is, be prepare, save your energy, emotions and attention to something that matters more to you, like your family for example or your friends, your co-workers or people around you with real problems.

Don't let those rubbish get to the people you care the most, but if it does....it might be the time for us to fight back.


KoboySoleh

Proctologist

"Why are hemorrhoids called hemorrhoids and asteroids called asteroids? Wouldn't it make more sense if it was the other way around? But if that was true, then a proctologist would be an astronaut." - Robert Schimmel