If I explain it to you anyway, you wouldn't understand

Senin, 02 November 2009

Bermulai dari ruang kecil

Kami bersepuluh (kalau tidak salah) sore itu sedikit terkejut atas undangan rapat dari bapak-bapak ini, karena sudah sebulan terakhir kantor kami sedikit menjadi lebih ramai dengan kehadiran mereka.
Kita senang karena opini-opini mereka menambah pengetahuan kami saat itu yang cuma tahu kalau Antasari sudah ditangkap dan sedang di proses karena dugaan terlibat pembunuhan.

Saya sendiri sempat berdebat dengan beberapa teman sehari sebelumnya tentang "skenario pembunuhan" dan sedikit berimajinasi dengan "teori konspirasi". Setidaknya satu kaca kantor sudah penuh coretan spidol dengan gambar diagram. Kesimpulannya cuma satu saat itu "Follow the money instead of focusing on the perpetrator".

Sore itu bapak-bapak ini terlihat lebih tegang dan serius dari sebelumnya. Saya sendiri merasa terhormat bisa diundang rapat dengan mereka.

"Kita harus mulai bergerak!" ucap salah satu dari mereka.
"Masyarakat diluar harus tahu keadaan yang sebenarnya, karena kalau tidak KPK sebentar lagi bisa lenyap"
"Besok akan ada upaya dari Polisi untuk menahan Chandra, dan hari ini kita tidak punya pilihan lain untuk setidaknya tidak bisa diam saja" ucapnya lagi sambil menyodorkan majalah TEMPO dengan gambar wajah seorang yang saya tidak tahu siapa.
Yang saya ingat dia di foto sambil berkacak pinggang.

Walaupun saya tidak kenal, saya tidak suka dengan gayanya...sedikit arogan menurut saya.
Setelah saya baca lebih dalam artikelnya, darah di kepala saya rasanya terbakar dan walaupun perkataan dia yang dikutip tersebut bukan ditujukan kepada saya, entah mengapa rasanya harga diri saya seperti sedang diinjak-injak.

Kog ada jaman sekarang orang seperti ini? Itu pertanyaan pertama yang muncul dikepala saya, dan setelah saya teliti kembali...ternyata orang seperti ini sangat banyak di negeri kita yang susah ini. Mual rasanya perut ini.

"Sekarang kita punya alasan untuk melawan" Ucap seorang bapak berambut putih.
"Segera buat tulisan dan terbitkan di beberapa blog, milis, situs...pokoknya dimana saja yang bisa diakses oleh orang awam, tentang apa yang sebenarnya terjadi"

Apa yang terjadi emangnya? Pertanyaan kedua yang muncul dikepala saya...pikiran saya masih nyangkut di kasus pembunuhan....dan saya belum makan siang.

"Tulis soal Bank Century korupsinya, dan tulis juga soal upaya pelemahan KPK ini" Ujarnya lagi.

"Bagaimana kalau kita tulis dengan angle yang lain?" Mendadak saya nyeplos...kebiasaan buruk yang susah hilang.
"Bagaimana kalau kita tulis lebih fokus soal Cicak-nya?" Saya makin lepas kontrol
"Hah?" Sepertinya satu ruangan bingung.

"Iya, saya ga tau perasaan kawan-kawan sekalian atas artikel ini...tapi buat saya yang dimaksud Cicak disini bukan cuma KPK buat saya"

"Kita semua Cicak dimata dia"

"Mungkin, kalau para ketua KPK saja dianggap Cicak olehnya...berarti kita yang orang biasa apa dong? Semut?"

"Kalau seandainya saya pandai menulis, saya akan tulis soal keangkuhan dia...Buaya...dan kita bisa masukkan tulisan yang lain soal korupsi itu untuk menguatkan alasan kita untuk marah."

"Masa sudahlah korup...sok jago pula...udah gitu pake menghina segala" Saya sudah benar-benar hilang kendali.

Entah kenapa (jarang banget), sepertinya kata-kata saya tadi mungkin ada benarnya, karena teman-teman kog terlihat lebih menerima...saya sendiri sedikit kagum...he he he.

"Ya sudah, coba buat tulisannya sekarang dan satu jam lagi kita meeting lagi" kata bapak yang jangkung dan berhidung mancung.

"Dik, elo buat gambar kartun ya...yang kira-kira gambarnya ada Buaya yang lagi menyerang kantor KPK"

"Ok Bang, saya akan coba" sambil mulai mengutik-utik Corel Draw.

Bapak-bapak itu pun melangkah keluar ruang meeting.

"Oya, saya lupa bilang" Kata bapak yang berambut putih.

"Ada info yang bilang kalau kantor ini sudah disadap oleh Polisi juga, jadi kalian hati-hati kalau bicara ya" ucapnya sambil tersenyum.

Rasanya seperti disambar petir, saya dan kawan-kawan diruangan itu saling menatap antara kebingungan, takut, cemas, heran....akhirnya kita ketawa. Mungkin sekedar melepas ketegangan, ketawa layaknya kalau kita habis dikejar anjing dan berhasil lolos...tertawa sambil cemas.

Otak saya berputar, saya mulai menggambar buaya, kemudian menggambar gedung, habis itu saya gambar cicak. Sumpah gambarnya luar biasa jelek. Kalau saya guru gambar SD, saya sudah kasih nilai 3 untuk gambar itu.

Kemudian mendadak saya dapat ide, setelah saya membaca lagi artikelnya dan melihat logo Apple komputer. Yang kita butuhkan adalah logo, logo yang menggambarkan perlawanan Cicak terhadap Buaya.

Saya punya 30 menit untuk menggambar, dan saya yakin kalau hasilnya ga mungkin bisa bagus.

Terinspirasi dengan lambang Ying-Yang, saya buat gambar Cicak dan buaya melingkar dan berhadapan dengan tulisan besar "SAYA CICAK, BERANI LAWAN BUAYA".

Semua kawan yang ada di ruangan itu setuju dengan gambarnya, bukan karena gambarnya bagus, tapi karena memang tidak ada pilihan lagi yang lain.

Saya sendiri masih belum puas....jauh dari puas.

Artikelnya pun akhirnya selesai plus kita menemukan kepanjangan dari C.I.C.A.K. "Cintai Indonesia Cintai KPK", maksa memang...tapi tidak ada pilihan lain yang lebih baik, jadi kita semua sepakat untuk memakainya.

"Jangan lupa, pakai logo Cicak ini sebagai "profile picture" teman-teman semua, dan email ke semua orang yang kita kenal untuk mengajak memakai logo ini juga.

Artikel sudah di posting, dan gambar sudah naik.

Saya masih jauh dari puas atas gambar itu.

Sesampai di rumah, karena masih penasaran saya coba untuk bikin beberapa logo yang lain, dan akhirnya setelah pukul 2.30 pagi, jadi satu logo dengan gambar Cicak merah yang mengacungkan jarinya, sama dengan tulisan "SAYA CICAK". Gambar itu saya jadikan "profile picture" saya di FB sebelum akhirnya tidur dan lupa mandi.

Keesokan harinya, saya semangat ke kantor dengan tujuan untuk memberi tahu teman-teman yang lain agar memakai logo yang baru daripada logo Ying-Yang yang jadul itu.

"Dik, gambar elu udah nyebar kemana-mana" kata seorang kawan yang sedang duduk bersila di depan kantor.

"Gambar elu yang baru Cicaknya lebih mirip tokek...mana ada Cicak bintik-biktik" ujarnya lagi sambil tertawa.

Begitu juga setelah saya masuk ke dalam kantor.

"Elu yang gambar logonya ya Dik?"

"Udah nyebar tuh"

Saya bergegas membuka laptop saya, dan langsung ke FB.

Hampir semua orang yang saya kenal telah mengganti "profile picturenya" dengan gambar logo yang jadul itu. Saya sudah terlambat.

"Kenapa elu bikin logonya lagi yang lain sih?"

"kan orang jadi bingung nanti pakai yang mana" Kata seorang kawan.

"Biar aja, kan semakin banyak pilihan orang bisa semakin banyak yang pakai, karena mungkin saja mereka ga suka sama logo yang jadul ini...seperti saya"

"Kan kita demokratis, bukan masalah logonya, tapi apa yang diwakili oleh logo itu" jawab saya sambil sedikit sedih, karena sudah banyak yang pakai logo Cicak yang jadul.

Dalam hati saya bertekad...."bikin lagi gambar yang lain"

Semoga bisa mewakili apa yang saya rasakan saat itu.

"...saya cicak, anda cicak, kita semua cicak dan mereka buaya"

0 komentar:

Posting Komentar