If I explain it to you anyway, you wouldn't understand

Senin, 13 Juli 2009

Ambil Nafas Dulu...sebelum Menjerit

Banyak hal bisa terjadi dalam satu hari, apalagi satu minggu.

Baru seminggu yang lalu, saya mengerjakan perkerjaan yang rutin, sama seperti hari-hari sebelumnya selama kurang lebih 5 tahun. Saya merasa cukup beruntung karena bisa bekerja di bidang yang saya sukai (or setidaknya saya mengerti) dan dikelilingi orang-orang yang sangat inspiratif membuat suasana kantor menjadi lebih hidup.

Persis hari selasa terbitlah majalah Tempo dengan sampulnya yang bergambar seorang satria berbaju besi yang sedang dikeroyok, walaupun hanya gambar tapi wajah satria tersebut terlihat sangat familiar....itu wajahnya salah satu pimpinan KPK.

Kemudian saya disodorkan tulisan hasil wawancara Tempo dengan seorang Jendral Polisi. Di situlah saya membaca istilah "cicak dan buaya". Entah kenapa otak saya langsung berpikir, masih ada di jaman sekarang seorang pemimpin berbicara seperti itu?
Kalau pemimpinya saja seperti itu bagaimana anak buahnya?
Apakah saya juga cicak?
Atau mungkin dia tidak bermaksud demikian?
Apakah benar Michael Jackson dibunuh?
Bau apa ini?...saya memang sedikit menderita ADD....

Kemudian saya mencoba menarik garis merahnya...hasilnya kira-kira begini:

Korupsi = mengambil sejumlah uang (yang bukan hak-nya) dengan paksaan atau menggunakan jabatan.

Jabatan dia adalah kepala reserse - dia punya gaji pokok - plus tunjangan (kalau ada)
Saya kepala perusahaan - punya gaji pokok - tunjangan kesehatan.

Secara hirarki kedudukan dia dan saya sama.

Dia punya anak buah dan unit yang harus dia pimpin dengan memberi contoh dan instruksi yang jelas, supaya unit tersebut berjalan benar dan memberikan kontribusi yang baik kepada perusahaan. Dijalankan dengan buruk-pun perusahaannya tidak mungkin bangkrut.

Sama dengan saya, kecuali untuk hal yang terakhir. Kalau buruk nasib perusahaan dan rekan kerja saya bisa runyam.

Secara tanggung jawab sama

Dari segi intelektual, dia S2 sekolahnya. Dari luar negri.
Saya juga

Dari segi akademik kita sama

Dari segi pengalaman kerja/memimpin. Dia jauh lebih berpengalaman
Berarti dia lebih bijaksana dalam berucap dan mengambil keputusan.

Lantas kenapa ini semua terjadi? apa karena uang? kalau iya...bukannya mobil dia sudah alphard/xtrail yang terbaru? (kalau sudah bisa punya kedua mobil tersebut, tidak perlu ditanya apakah dia berkecukupan lagi). Apa semua pemimpin di negeri ini kelakuannya seperti ini?

Jawabannya YA!

Rasanya seperti disamber gledek...semuanya keliatan jelas sekarang!
  1. Jalan yang bolong-bolong di depan rumah dan sepanjang jalan ke kantor....kenapa? Saya kan bayar pajak...kenapa jalan masih bolong? Bukan karena insinyur di PU yang bodoh...tapi karena material untuk membuat jalan yang di korupsi.
  2. Hutan di Kalimantan yang ditebang habis dan dijual ke Malaysia....bukan karena bisnis....tapi korupsi juga antara pengusaha dan pemerintah daerah disana.
  3. Biaya jalan-jalan anggota DPR, gaji mereka seumur hidup, fasilitas, bonus...semua dari APBN...dari rakyat....tapi mereka banyak yang mangkir dari rapat...korupsi.
  4. Lampu jalan yang sering mati...korupsi
  5. sekolah yang harusnya gratis....korupsi
  6. BLT yang dipotong oleh petugas....korupsi
  7. Polisi yang minta sidang di tempat....korupsi
  8. TKW yang meninggal di luar negeri.....korupsi
  9. Tanker minyak yang ngambil minyak di tengah laut....korupsi
  10. Freeport menghasilkan emas, bukan tembaga.....korupsi
  11. pesawat yang jatuh....gara-gara KORUPSI
  12. Pengadilan menunda putusan.....korupsi
  13. penempatan notaris....korupsi
  14. Kejaksaan menahan 20hari untuk kasus Prita....korupsi
  15. Pungutan liar...bukan premanisme...itu KORUPSI
  16. pengumunan tender yang terlalu mepet waktunya...korupsi
  17. Bangun jalan bukan bangun subway....korupsi
  18. Likuidasi bank....kredit macet....korupsi
  19. Tarif telepon yang mahal....direksi Telkom Alphardnya dua (buat dia dan istrinya...WTF!)...KORUPSI
  20. Kapolsek/Kapolres di daerah yang banyak tempat prostitusi dan judi....KORUPSI
  21. Pajak....kemana pajak saya larinya....dipakai buat apa saja?.....korupsi
  22. FISKAL.....korupsi (skarang sudah tidak ada)
  23. Watergate....korupsi
  24. Manohara??......itu sih emang pangerannya aja yang gokil....bukan korupsi.
  25. Ko Rup Si
Negara kita ga akan kemana-mana selama ini semua masih terjadi.
Tidak akan ada seorang polisi, jaksa dan hakim yang tidak korupsi selama gaji mereka masih kecil! Bagaimana mereka bisa menegakkan hukum dan keadilan atas nama Tuhan Yang Maha Esa selama mereka harus memikirkan biaya susu anak, baju anak, rumah dan sekolah anak yang tidak bisa terbeli hanya dengan mengandalkan gaji saja.

Dan saya mengharapkan mereka bekerja professional dan menjunjung integritas.....saya mimpi.

Kenapa polisi lagi, jaksa lagi, hakim lagi yang jadi sasaran, sedangkan banyak sekali koruptor yang lebih parah di BUMN atau instansi yang lain. Karena merekalah yang berseragam dan bersentuhan langsung dengan kehidupan sosial kita....mereka jadi terlihat lebih jelas dibandingkan dengan koruptor di BUMN.

This has to stop...someone have to do something

Cicak....berarti saya cicak....dan mereka (koruptor) tidak akan perduli dengan nasib saya, orang lain dan negara ini....yang ada di otak mereka hanyalah materi.

Kalau seandainya kesuksesan itu diukur dari berapa bahagianya seorang....dalam seminggu ini saya jauh lebih bahagia daripada sang jendral.

Berarti saya lebih sukses dari dia minggu ini.

Saya akan buat logo/gambar malam ini yang bisa mewakili suara saya yang tertahan.

Semoga jeritan kita sama, dan menusuk ke jantung mereka.

Gambar : koran Tempo

Selasa, 07 Juli 2009

SAYA CICAK





Senin, 06 Juli 2009

Cicak...cicak di KPK


Gerakan CICAK (Cintai Indonesia Cintai KPK), dimulai hari ini pada tanggal 6 Juli 2009. Saya tahu, agak garing (maksa) singkatannya, tapi ungkapan "cicak" ini justru keluar dari seorang jendral polisi yang dalam kalimat yang sama mendeskripsikan dirinya sebagai "buaya".

“...cicak kok mau melawan buaya...”
(Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol. Susno Duadji, Majalah TEMPO 6-12 Juli 2009)

Cicak yang dia maksud disini adalah salah satu ketua KPK.
Seandainya seorang ketua KPK saja dia anggap cicak, bagaimana dia melihat orang biasa seperti saya dan anda.
Arogansi (orde baru) seperti ini yang saya kira sudah mulai hilang semenjak reformasi tahun 1997-1998 ternyata masih ada.

Dia lupa bahwa POLRI bisa seperti sekarang, dimana pejabatnya bisa bermewah-mewah karena perjuangan rekan-rekan kita dulu. Dahulu, mana bisa polisi pakai mobil mewah, atau punya rumah yang mewah tanpa takut "dikerubungin" tentara, karena dulu POLRI adalah bagian dari TNI. Segimananya seorang polisi akan gemetar ketakutan bila mereka dipanggil ke mabes TNI atau BIN.

Sekarang, sejak lewatnya masa reformasi dan setelah pemisahan TNI dan POLRI banyak lahir "buaya" baru yang lupa akan perjuangan rekan-rekan kita dulu. Tanpa mereka mana mungkin sekarang ada kebebasan pers, demokrasi...hmm mungkin infotainment...he he he.
Banyak sekali POLISI dengan pangkat (maaf) tidak terlalu tinggi tapiii mobilnya alphard, rumahnya di Pondok Indah, istrinya keluar negeri jalan-jalan melulu.

WHAT THE F***!! kalau kata rekan saya orang Australia.

Enak memang, dan ga ada masalah buat saya, selama memang mereka berhak untuk memperolehnya, dan dengan cara yang halal.

"Buaya" kita yang satu ini, terakhir saya dengar hendak diperiksa oleh KPK karena terkait kasus likuidasi Bank Century. Mungkin bukan hanya dia satu-satunya orang di POLRI yang terlibat. Saya bisa bilang demikian karena saya tahu kalau persaudaraan di dalam angkatan (polisi atau tentara) lebih kental dari darah. Tidak mungkin atasannya tidak tahu keterlibatannya...tidak mungkin....titik.
Seorang polisi atau tentara sudah terlatih untuk tidak takut pada siapapun....kecuali dua hal:

satu seniornya (yang pangkatnya lebih tinggi)

dua....Tuhan.

Tuhan saya letakkan nomor dua...karena memang itu kenyataannya. Buktinya, kalau seniornya yang memanggil dia, atau meminta sesuatu...sampai jual rumah pun bisa dia lakukan. Tapi ibadah....entar dulu....itu kan urusan yang diatas (katanya).

Dia lupa kalau suara kita, profesor atau yang buta huruf sama kuatnya dalam demokrasi. Kedudukan kita dalam hukum sama.

Saya prihatin dengan kejadian ini, karena reformasi itu sendiri lahir karena kemuakkan kita terhadap KKN, dan KPK adalah anak kandung yang lahir dalam perjuanggan itu.

Hancurnya KPK adalah kehancuran mimpi dan perjuanggan kita.

Kalau seandainya KPK adalah cicak....maka kita....rakyat...adalah cicak.

Tapi cicak yang jumlahnya juataan....dan kita tidak bisa tinggal diam.

Jumat, 03 Juli 2009

AEROSTICH - Best Motorcycle Jacket


AEROSTICH company mengklaim bahwa jacket mereka dengan nama Transit ini adalah jaket (kulit) motor terbaik yang pernah dibuat.
Jaket yang dibuat dengan teknologi khusus yang membuat bahan kulit ini memiliki pori-pori untuk bernafas, namun tetap kedap air. Jaket ini akan tetap sejuk dipakai walaupun dalam kondisi cuaca yang panas.
Tidak akan menjadi lembab dan berat apabila terkena air, walaupun dalam kondisi hujan lebat.

Dilengkapi dengan pelidung bahu dan siku dari bahan keras untuk keamanan pengendara.

Satu kekurangan dari jaket ini, yaitu harganya. AEROSTICH menjual jaket ini dengan harga $797, hampir dua kali lipat dari harga jaket motor lain di Amerika yang paling mahal yang biasa dijual di kisaran $400.

Kamis, 02 Juli 2009

Tidak "damai"!

Tau ga kenapa Polisi lalulintas kita "gemar" menilang?

Kalau sesekali anda melintas di sepanjang jalan Gatot Subroto sampai menuju Cawang diatas jam 8 malam, anda akan melihat beberapa aksi tilang yang dilakukan oleh POLANTAS kita baik kepada pengendara motor atau mobil.

Biasanya dilakukan oleh POLANTAS yang mengendarai motor besar, atau lebih akrab biasa kita sebut Polisi BM (atau BM saja), karena stiker BM di belakang motor mereka.
Karena sering pulang malam, saya sering mengendarai motor saya dibelakang BM, dan sering kali mereka melakukan aksi memberhentikan, atau bahkan mengejar kendaraan yang dianggap melanggar. Biasanya kalau motor, yang lampu rem-nya mati...ini yang paling sering.

Saya setuju sepenuhnya dengan menegur atau menilang pengendara yang nakal atau melanggar aturan, memang banyak sekali pengendara kita yang tidak tahu aturan, nakal atau sekedar tidak perduli.

Yang saya prihatin adalah proses tilang ini, kata "damai" ini yang merusak semuanya, dan sama sekali tidak mendidik pengendara nakal tersebut.

Oke, aturannya begini. Sesuai peraturan lalulintas, ada denda yang harus dibayar oleh pelanggar kepada negara, melalui proses sidang (singkat) sesuai dengan kesalahannya. Jumlahnya bisa beragam, berkisar antara Rp 35,000 sampai ratusan ribu.
Untuk motor, untuk setiap (satu) kesalahan dendanya Rp 35,000. Jadi kalau anda ditilang karena tidak pakai helm dan melanggar lampu merah, dendanya Rp 70,000.

Ini kalau resmi...tidak terlalu mahal kan.

Namun banyak pengendara yang tidak tahu besaran ini, dan alasan-alasan lain, misalnya "buru-buru", atau males panjang urusan, dll.
Disinilah biasany Polisi "menawarkan" jasa "sidang ditempat"....tidak ada dalam peraturan lalulintas yang mengatur "sidang ditempat" ini.

Akhirnya pengendara mengeluarkan uang yang mungkin lebih besar dari jumlah resmi dari denda tersebut. Anda rugi, dan tidak mendidik aparat tersebut untuk bertindak professional.

Yang lebih memprihatinkan lagi adalah cerita dibalik surat tilang tersebut. Saya tidak bicara soal "slip merah" dan "slip biru", anda bisa googling sendiri untuk hal ini.
Seorang POLANTAS bisa memiliki surat tilang itu dengan membelinya di kantor mereka masing masing (saya tidak tau persisnya dibagian mana), tapi benar mereka membeli...dengan uang lah pasti...uang mereka pribadi. Setau saya satu rangkap surat tilang itu bisa mencapai Rp 10,000 jadi tidak mungkin mereka mau memberi surat tilang tersebut dengan nilai denda "sidang ditempat" yang lebih rendah.
Bayangkan bagaimana rasanya apabila anda harus mengeluarkan uang untuk sesuatu yang sudah menjadi pekerjaan/kewajiban rutin anda, tanpa ada penggantiannya.
Memangnya mereka kerja sukarela?

Ditambah lagi, biaya perawatan kendaraan mereka biasanya ditanggu sendiri oleh polsek dan polres masing-masing, apalagi di pelosok-plosok, anggaran mereka sangat terbatas. Tidak jarang mereka harus merogoh kocek mereka sendiri.

Situasi ini membuat proses tilang-menilang ini menjadi "mata pencarian" atau sampingan dari gaji pokok mereka yang mohon maaf, juga tidak sepadan dengan resiko pekerjaan mereka.
Coba saja lihat, biasanya setiap mendekati hari raya, mereka lebih rajin lagi menilang.

Mungkin kejar setoran untuk beli baju baru anak dan istri...kan kasian banget.

Ini benar-benar memprihatinkan...pemerintah kita benar-benar kacau.

Lanjut. Dari beberapa pengalaman teman saya....yang doyan ditilang, kawan saya ini lebih memilih untuk bilang "sidang saja pak" dan kemudian meminta slip biru tersebut.
Sebagian besar polisi akhirnya hanya menegur, tidak menilang dan kawan saya melanjutkan perjalannya.

Tapi pernah suatu saat, polisi tersebut memberikan slip birunya dan kawan saya ini pergi ke Bank untuk membayar denda tersebut sekaligus mengambil SIM-nya yang ditahan (ini prosedur standar). Dalam slip biru tersebut disebutkan ke nomor rekening mana kita harus membayar dendanya, tapi dalam kenyataan, nomor tersebut dicoret dan diganti nomor rekening lain yang tidak jelas milik siapa.

Kalau ini sih sudah jelas pidana namanya bisa masuk korupsi dan penggelapan uang negara.
Coba bayangkan berapa (ratus) miliyar uang negara yang lenyap setiap tahun, dari kelakuan ini saja, sedangkan jalan masih banyak yang bolong, dan masih banyak orang miskin yang perlu ditolong.

Sangat parah...sampai miris saya dengernya, sedemikan terkikisnya kah integritas aparat kita?

Sampai timbul joke yang bilang kalau di Indonesia cuma ada 3 polisi yang jujur....polisi tidur....patung polisi....dan KAPOLRI pertama Indonesia (saya lupa namanya siapa).

Jadi, cobalah untuk tidak "damai" dalam hal ini, secara tidak langsung kita membantu diri kita sendiri untuk lebih disiplin dan membantu polisi kita untuk tidak korup.